Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

FBI Tuding Aplikasi FaceApp Dari Rusia Berpotensi Jadi Ancaman Intelijen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 03 Desember 2019, 07:39 WIB
FBI Tuding Aplikasi FaceApp Dari Rusia Berpotensi Jadi Ancaman Intelijen
FBI/Net
rmol news logo Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) menuding bahwa aplikasi perangkat seluler apapun yang dikembangkan di Rusia merupakan potensi ancaman kontra intelijen.

Keterangan itu dikeluarkan FBI dalam menanggapi permintaan anggota parlemen Amerika Serikat tentang aplikasi foto pengeditan wajah FaceApp yang dikembangkan dir Rusia.

Aplikasi smartphone itu viral dan banyak digunakan oleh pengguna smatphone tahun ini karena bisa membuat wajah penggunanya seolah menua.

Namun aplikasi tersebut dikhawatirkan oleh Komite Nasional Demokrat yang memperingatkan agar bakal calon presiden dari Demokrat yang akan bertarung dalam pemilu 2020 mendatang tidak menggunakan aplikasi tersebut.

Selain itu, mereka juga menyerukan agar pemimpin minoritas Senat Demokrat Chuck Schumer untuk FBI dan Komisi Perdagangan Federal untuk melakukan tinjauan keamanan nasional terkait aplikasi tersebut.

Sejauh ini, tidak ada bukti bahwa aplikasi FaceApp menyediakan data pengguna kepada pemerintah Rusia. Tetapi FBI, dalam suratnya menanggapi Schumer, mengatakan bahwa kemampuan Rusia untuk mengakses komunikasi secara langsung melalui penyedia layanan internet membuat aplikasi apa pun yang dibangun di Rusia berisiko.

FBI menuding bahwa layanan intelijen Rusia mempertahankan kemampuan eksploitasi dunia maya yang kuat dan di bawah hukum setempat mampu untuk mengakses semua komunikasi dan server dari jarak jauh di jaringan Rusia tanpa membuat permintaan ke ISP.

Aplikasi FaceApp sendiri diluncurkan pada tahun 2017 dan dikembangkan oleh Wireless Lab, yakni sebuah perusahaan yang berbasis di St. Petersburg.

Chief executive officer perusahaan tersebut adalah Yaroslav Goncharov yang dulunya adalah seorang eksekutif di Yandex, yang dikenal luas sebagai "Google Rusia."

Dikabarkan Reuters (Senin, 2/12), pihak perusahaan menolak penjualan atau berbagi data pengguna dengan pihak ketiga dan memastikan bahwa data pengguna tidak pernah ditransfer ke Rusia dan sebagian besar gambar dihapus dari servernya dalam waktu 48 jam setelah pengiriman. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA