Pertempuran ini berawal dari serangan kata yang dilontarkan oleh Macron kepada NATO dan Turki. Bulan lalu, Macron mengatakan NATO telah mengalami mati otak dan seharusnya lebih fokus kepada isu terorisme Islam serta membuka kembali dialog strategis dengan Rusia.
Sementara itu dalam pertemuan Selasa (3/12), Macron mengungkapkan kelompok-kelompok terorisme yang ia sebutkan merujuk kepada Turki yang telah menyerang pasukan Kurdi. Atas dasar itu, Macron bahkan menyebut Turki telah bekerja sama dengan ISIS.
"Musuh bersama saat ini adalah kelompok-kelompok teroris, seperti yang kami sebutkan, dan saya minta maaf untuk mengatakan bahwa kami tidak memiliki definisi yang sama tentang terorisme di sekitar meja," sindir Macron seperti dimuat
Channel News Asia, Rabu (4/12).
Menanggapi kata-kata agresif yang dikeluarkan Macron, Trump kemudian memberikan balasan yang tak kalah keras.
"Saya pikir itu sangat menghina. Tidak ada yang membutuhkan NATO lebih dari Prancis. Itu pernyataan berbahaya," ujar Trump merujuk kepada ucapan Macron terhadap NATO.
Erdogan sendiri telah mengancam akan menahan upaya NATO untuk melindungi negara-negara Baltik dari Rusia, kecuali AS dan Prancis serta sekutu-sekutu lainnya menyebut milisi Kurdi sebagai teroris.
Pernyataan Erdogan ini muncul setelah NATO membahas rencana untuk meningkatkan pertahanan di Polandia, Estonia, Lithuania, dan Latvia terhadap adanya kemungkinan serangan dari Rusia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: