Begitu kabar yang dimuat kantor berita Jepang
Kyodo jelang akhir pekan ini, mengutip dokumen pemerintah masa perang yang telah ditinjau.
Untuk diketahui, juguan ianfu atau dalam bahasa Inggris kerap disebut dengan istilah
comfort women, adalah eufemisme untuk anak perempuan dan wanita dewasa yang dipaksa menjadi wanita penghibur di rumah bordir militer Jepang.
Sementara itu, dokumen masa perang yang dimaksud salah satunya adalah dokumen dari konsul jenderal Qingdao di provinsi Shandong China ke Kementerian Luar Negeri di Tokyo. Dokumen itu mengatakan bahwa Angkatan Darat Kekaisaran meminta seorang wanita untuk menampung setiap 70 tentara.
Dokumen lainnya, dari konsul jenderal Jinan, yang juga berada di provinsi Shandong, mencatat, setidaknya 500 wanita penghibur harus terkonsentrasi di wilayah tersebut ketika pasukan Jepang membuat kemajuan lebih lanjut dalam perang.
Dokumen itu menyiratkan bahwa ada keterlibatan pemerintah Jepang dalam permasalahan jugun ianfu. Masalah itu pula lah yang kerap menjadi ganjalan utama dalam hubungan diplomatik antara Jepang dan Korea Selatan pasca perang.
"Dari dokumen terbaru, kami mendapat informasi terperinci tentang pengoperasian rumah pelacuran, berapa banyak tentara yang disebut ditugaskan untuk wanita penghibur," kata kepala Dewan Korea untuk Perempuan yang Didaftarkan dalam Perbudakan Seksual Militer oleh Jepang, Yoon Mi-hyang, seperti dimuat
Reuters (Sabtu, 7/12).
"Ini adalah tanda yang jelas bahwa pemerintah Jepang bertanggung jawab untuk merekrut wanita Korea secara paksa untuk perbudakan seksual," tambahnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: