Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soal Uighur, Peneliti HI: Indonesia Dilema Karena Punya Kerja Sama Ekonomi Dengan China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 22 Desember 2019, 14:25 WIB
Soal Uighur, Peneliti HI: Indonesia Dilema Karena Punya Kerja Sama Ekonomi Dengan China
Unjuk rasa mendukung muslim Uighur di Indonesia/Net
rmol news logo Indonesia berada pada posisi dilematis dalam merespons isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di etnis muslim Uighur, China.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Menurut peneliti ilmu hubungan internasional dari Universitas Diponegoro Mohamad Rosyidin, terjadi tarik menarik antara kepentingan nasional dengan identitas Indonesia sebagai negara muslim terbesar dan pencipta perdamaian.

"Pasifnya Indonesia bisa dipahami dalam perspektif kepentingan nasional. Indonesia punya hubungan erat dalam hal ekonomi dengan China, khususnya dalam bingkai OBOR (one belt one road). Tapi tentu Indonesia merasa terpanggil karena identitasnya tadi," kata Rosyidin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/12).

Lebih lanjut, Rosyidin menjelaskan, meski pemerintah Indonesia telah melakukan soft approach kepada pemerintah China, tidak jelas seperti apa hal tersebut dilakukan.

"Menurut saya, Indonesia jangan pakai pendekatan asertif dalam kasus ini. Jangan bawa isu ini ke ranah internasional. Jangan pakai strategi 'naming & shaming'. Yang bisa dilakukan Indonesia hanya memastikan tidak ada aksi-aksi di luar batas saja," ujarnya.

Langkah tersebut dinilai tepat dilakukan karena persoalan Uighur adalah masalah pelik yang menyangkut kedaulatan negara. Indonesia perlu mengarahkan diplomasi pada penyamaan persepsi bahwa Islam bukan agama teroris. Dengan demikian, tidak menimbulkan ekses seperti penahan secara masal, penyiksaan, dan lain sebagainya.

Cara-cara silent diplomacy yang diterapkan Indonesia untuk isu Rohingya di Myanmar juga tidak relevan untuk kasus Uighur.

"Beda konteks. Myanmar percaya sama Indonesia, makanya kita bisa masuk. Kalau China kan dia superpower, saya kira Indonesia kalah dalam bargaining position-nya," pungkas Rosyidin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA