Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Adakan KL Summit, Pengamat: Arab Saudi Bisa Beri Sanksi Diplomatik Ringan Ke Malaysia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 24 Desember 2019, 17:03 WIB
Adakan KL Summit, Pengamat: Arab Saudi Bisa Beri Sanksi Diplomatik Ringan Ke Malaysia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, dan Presiden Iran Hassan Rouhani saat di Kuala Lumpur Summit 2019/Net
rmol news logo Polemik mengenai forum negara-negara Islam, Kuala Lumpur Summit 2019 (KL Summit) masih bergulir. Meski kegiatan ini sudah berakhir, namun ternyata memiliki pengaruh terhadap hubungan Malaysia dan Arab Saudi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

KL Summit memicu ketegangan antara dua sekutu, yaitu Malaysia dan Arab Saudi. Arab Saudi berpandangan KL Summit telah merusak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan memecah belah umat muslim. Namun, yang paling membuat Arab Saudi geram adalah kehadiran para rivalnya, Presiden Iran Hassan Rouhani, Emir Qatar Sheikh Tamim Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Arab Saudi dan Iran dikenal sebagai musuh lama. Mulai dari persoalan Sunni-Syiah hingga proxy war. Sementara hubungan Arab Saudi dan Qatar sedikit banyak dipengaruhi Iran. Qatar adalah sahabat Iran. Oleh karenanya Qatar ikut menjadi target blokade Arab Saudi sejak 2017.

Sementara itu, baru-baru ini Arab Saudi dan Turki terlibat perselisihan mengenai kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2018. Alhasil, KL Summit yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam dikutuk oleh Arab Saudi.

Tidak cukup dengan ketidakhadirannya, Arab Saudi juga mengajak sekutu-sekutunya seperti Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Bahrain untuk tidak berpartisipasi dalam KL Summit.

Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menarik diri dari KL Summit hanya beberapa jam sebelum diselenggarakannya acara. Penarikan tersebut dicurigai dipengaruhi oleh Arab Saudi karena sebelumnya Khan melakukan kunjungan ke Riyadh.

Sedangkan Indonesia, dalam laporan Nikkei Asian Review, Presiden Joko Widodo menolak hadir meski Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengirim undangan secara pribadi. Wakil Presiden Maruf Amin juga tidak jadi hadir karena masalah kesehatan dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Menanggapi respons negatif yang diberikan oleh Arab Saudi, Mahathir kemudian melakukan panggilan telepon dengan Raja Salman bin Abdul-Aziz Al Saud Salman.

Menurut Raja Salman, agenda yang dibahas dalam KL Summit seharusnya tidak dibicarakan oleh dua atau tiga negara, melainkan dalam pertemuan OKI yang memiliki anggota sebanyak 57 negara.

Pernyataan Raja Salman juga ditimpali oleh Sekjen OKI Yousef al-Othaimeen yang mengatakan bahwa KL Summit bukanlah kepentingan negara Islam dan pertemuan tersebut hanyalah berusaha untuk menyaingi OKI.

"Kami di sini bukan untuk menggantikan platform muslim lainnya, kami juga tidak bermaksud membuat kategori atau kelas yang berbeda," ujar Mahathir membalas pernyataan Othaimeen.

Melihat fenomena ini, peneliti dari Singapore Institute of International Affairs, Oh Ei Sun mengungkapkan, kejadian ini memungkinkan Arab Saudi untuk menerapkan sanksi diplomatik ringan kepada Malaysia, salah satunya adalah pengurangan kuota haji.

"Hubungan Malaysia dan Arab Saudi tidak akan pernah seburuk ini, karena Malaysia adalah negara mayoritas Sunni, dan melihat Arab Saudi sebagai pembela agama Islam, ada banyak pengaruh agama yang berasal dari Arab Saudi," lanjut Oh. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA