Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi 6 Negara Asia Diprediksi Benar-Benar Meroket Tahun Ini

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Minggu, 05 Januari 2020, 19:14 WIB
Di Tengah Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi 6 Negara Asia Diprediksi Benar-Benar Meroket Tahun Ini
Foto: Ilustrasi
rmol news logo Bila sesuai dengan yang diprediksi, maka pertumbuhan ekonomi enam negara di Asia tahun ini akan benar-benar meroket.

Menurut Asian Development Bank (ADB) seperti diberitakan Forbes, ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat dan rezim komunis di Republik Rakyat China (RRC) di sisi lain memberikan manfaat bagi sejumlah negara Asia. Mereka dapat memanfaatkan ketegangan tersebut untuk kepentingan pertumbuhan nasional.

Tiga dari enam negara Asia itu adalah negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Myanmar, Kamboja, dan Vietnam. Tiga lainnya adalah Bangladesh, India, dan Tajikistan, Myanmar.

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Bangladesh akan mencapai titik 8 persen di akhir tahun. Ini sebuah prestasi setelah sejak 2011 pertumbuhan ekonomi negara ini konstan di 6 persen.

Salah satu faktor pendorong adalah tingkat upah yang relatif rendah, yakni sekita 100 dolar AS per bulan.

Sementara India diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7,2 persen. Ini angka yang pas untuk didapatkan India dalam upaya menjadi lokomotif baru sektor manufaktur, termasuk elektronik.

Namun, angka 7,2 persen ini sebenarnya masih di bawah dari apa yang pernah mereka capai di tahun 2016 lalu, yakni pertumbuhan ekonomi 8,17 persen.

Tajikistan kelihatannya berhasil memompa sektor pertambangan emas dan perak serta pemrosesan logam. Selain itu, remitensi atau pendapatan warganegara yang bekerja di luar negeri juga ikut menjadi stimulasi ekonomi yang berarti.

Menurut catatan, setidaknya 1 juta warganegara Tajikistan bekerja di luar negeri di berbagai sektor.

Pertumbuhan ekonomi negara bekas Uni Soviet ini di tahun 2020 diperkirakan akan sebesar 7 persen.

Adapun Myanmar yang hanya memiliki PDB sebesar 67 miliar dolar AS diperkirakan akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen. Ini didorong oleh pertumbuhan manufaktur dalam lima tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Myanmar pun dilaporkan konstan pada titik 6,5 persen.

Seperti Myanmar, Kamboja juga diperkirakan mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini disebutkan mendapat stimulasi yang sangat signifikan dari investasi China di berbagai sektor seperti tekstil, real estate, resor, juga infrastruktur.

Di tahun 2018 lalu, nilai investasi China di Kamboja tidak kurang dari 2 miliar dolar AS.

Terakhir Vietnam. Pertumbuhan negeri Ho Chi Minh ini diramalkan sebesar 6,7 persen. Ini berarti akan terjadi kenaikan signifikan dari pertumbuhan ekonomi 6 persen yang dimiliki negara komunis ini sejak 2012.

Vietnam dinilai berhasil mengembang sektor manufaktur elektronik. Selain itu, dalam lima bulan pertama tahun lalu, investasi asing yang masuk ke negara itu pun tidak kurang dari 16 miliar dolar AS. Sangat signifikan.

Di luar enam negara Asia, ada empat negara Asia lain yang diperkirakan tumbuh di atas 6 persen. Keempatnya adalah Nepal dan Maladewa yang masing-masing tumbuh 6,3 persen, serta Laos dan Filipina yang masing-masing tumbuh 6,2 persen dan 6,1 persen. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA