Empat hari setelah pemilihan, Rabu (15/1), Tsai mendesak China untuk meninjau kembali kebijakan "One China" terhadap Taiwan. Tidak dijelaskan secara rinci tinjauan yang dimaksud, namun desakan itu adalah sebuah teguran yang kuat yang pernah diberikan Tsai.
"Kami berhadap China dapat memahami pendapat yang diungkapkan oleh orang-orang Taiwan (yang terbukti) dalam pemilihan ini dan meninjau kembali kebijakan mereka sekarang," ujar Tsai seperti yang dikutip oleh
Al Jazeera.
Menanggapi desakan Tsai, jurubicara Kantor Urusan Kabinet Taiwan, Ma Xiaoguang mengatakan Beijing tidak akan mengubah kebijakannya untuk mengambil kendali Taiwan melalui kerangka "one country, two systems". Hal ini pun sesuai dengan Konsensus 92 yang telah disepakati.
"Kami tidak memasukkan diri kami ke dalam atau mengkritik pemilihan Taiwan. Pemilihan daerah Taiwan ini tidak dapat mengubah status Taiwan sebagai bagian dari China," ujar Ma yang menyebut pemilihan kemarin hanyalah pemilihan "daerah".
Hasil pemilihan presiden pada Sabtu (11/1) sendiri menyatakan Tsai menang dengan perolehan suara 57 persen, mengalahkan rivalnya dari Partai Kuomintang, Han Kuo Yu.
Atas kemenangan Tsai, Beijing menuding pemilihan tersebut adalah hasil campur tangan Barat.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: