Begitu kata kelompok aktivis Avaaz, merujuk pada penelitian yang mereka lakukan. Dalam penelitian tersebut,
kelompok ini menemukan bahwa lebih dari 100 merek di dunia memiliki
iklan yang berjalan di YouTube yang mengarah pada situs yang secara
aktif mempromosikan informasi iklim yang salah.
"Ini bukan
tentang kebebasan berbicara, ini tentang iklan gratis yang diberikan
YouTube kepada video yang sebenarnya tidak akurat yang berisiko
membingungkan orang tentang salah satu krisis terbesar di zaman kita,"
kata juru kampanye senior dari Avaaz, Julie Deruy.
"YouTube
tidak boleh menampilkan, menyarankan, mempromosikan, mengiklankan, atau
mengarahkan pengguna ke informasi yang salah," tambahnya, seperti dimuat
The Guardian (Kamis, 16/1).
Penelitian itu
dilakukan oleh Avaaz dengan cara memeriksa video di YouTube yang
didorong ke pengguna ketika mereka mencari kata kunci "pemanasan
global", "perubahan iklim", atau "manipulasi iklim". Fokus utama memreka
utamanya adalah pada algoritma rekomendasi YouTube.
Hasilnya,
ditemukan bahwa 16 dari 100 video teratas pada kata kunci "pemanasan
global" berisi informasi yang salah. Sedangkan delapan video teratas
dari kata kunci "perubahan iklim" dan 21 video teratas dari kata kunci
"manipulasi iklim" mengandung informasi yang salah.
"YouTube
sebelumnya telah mengambil langkah selamat datang untuk melindungi
penggunanya dari teori anti-vaksin dan konspirasi," begitu kutipan dari
laporan hasil penelitian Avaaz tersebut.
"Tetapi tidak bertindak
dengan kekuatan yang sama terhadap informasi yang salah informasi dan
disinformasi yang lebih luas, termasuk informasi iklim yang salah,"
sambungnya.
Kelompok itu meminta YouTube untuk menerapkan
kebijakan baru untuk mencegah penyebaran informasi iklim yang lebih
buruk pada platformnya.
Namun pihak YouTube justru mempertanyakan
penelitian tersebut. Dalam sebuah pernyataan, YouTube mengatakan
laporan Avaaz memiliki masalah transparansi sendiri.
"Kami
tidak dapat berbicara dengan metodologi atau hasil Avaaz, dan sistem
rekomendasi kami tidak dirancang untuk menyaring atau menurunkan video
atau saluran berdasarkan perspektif tertentu," begitu keterangan yang
dirilis pihak YouTube.
"YouTube memiliki
kebijakan iklan ketat yang mengatur tempat iklan diizinkan muncul dan
kami memberikan alat pengiklan untuk memilih keluar dari konten yang
tidak selaras dengan merek mereka. Kami juga telah berinvestasi secara
signifikan dalam mengurangi rekomendasi konten garis batas dan informasi
yang berbahaya, dan meningkatkan suara otoritatif di YouTube," tambah
keterangan yang sama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.