Seperti kunjungan-kunjungan lainnya, kunjungan Xi tentu sarat dengan muatan politis dan kepentingan.
Tiba di Myanmar pada Jumat (17/1), menurut Wakil Menteri Perdagagangan Myanmar Aung Htoo, Xi akan menandatangani perjanjian Zona Ekonomi Khusus Kyaukphyu dan pelabuhan senilai 1,3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 17,7 triliun di Rakhine.
Dilaporakan Al Jazeera, dalam kunjungan dua hari tersebut, Xi dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Myanmar Win Myint, Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, dan Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing di Naypyidaw.
Dikatakan oleh seorang direktur lembaga think tank Stimson Center, Yun Sun, kunjungan Xi ini memiliki arti. Pasalnya, selama ini Myanmar telah ditinggalkan oleh China.
Namun, saat ini Myanmar sangat dibutuhkan untuk melancarkan proyek
Belt and Road Initiatives (BRI) China.
"Xi telah mengunjungi hampir semua negara ASEAN sejak mengambil alih kekuasaan pada 2013, tetapi Myanmar telah ditinggalkan sampai sekarang," ujar Sun.
Perjalanan Xi itu, kata dia, tidak akan terjadi jika pihak China tidak yakin tentang arah hubungan bilateral yang mengarah ke arah yang positif.
"Dengan kata lain, China yakin bahwa China telah mendapatkan kembali pengaruhnya yang rusak dan memperbaiki citranya yang tercoreng di negara itu," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: