Unjuk rasa pada Minggu (19/1) diwarnai dengan polisi anti huru-hari yang menembakkan gas air mata ke kerumunan pengunjuk rasa di Beirut. Awan tebal gas air mata kemudian mengepul di tengah kerumuman sebelum akhirnya hujan menyapu jalanan.
Dimuat
AFP, unjuk rasa yang terjadi berbulan-bulan lalu ini dipicu dengan dikenakannya "Pajak
WhatsApp“ sebesar 20 sen.
Bukan hanya
Whatsapp, pemerintah juga menaikan pajak rokok dan bahan bakar minyak (BBM) yang membuat warga murka.
Meski pajak
WhatsApp telah dicabut, namun tuntutan meluas. Warga ingin perombakan sistem politik dengan mendorong Perdana Menteri Saad al-Hariri untuk turun dari jabatannya pada 29 Oktober lalu.
Sayangnya unjuk rasa sudah kepalang rumit. hal ini juga dipicu dengan gagalnya Perdana Menteri Hassan Diab yang baru ditunjuk presiden pada Desember lalu untuk membentuk pemerintahan darurat.
Alhasil, gelombang unjuk rasa masih terus berlangsung. Para demonstran yang pada awalnya melakukan aksi damai, saat ini sudah mulai merusak fasilitas publik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: