Salah satu yang dilakukan oleh Johnson adalah melakukan pendekatan dengan negara-negara Afrika. Misalnya saja ketika Johnson menghadiri KTT Inggris-Afrika di London, Senin (20/1).
Dimuat AP, dalam kesempatan itu, di hadapan 54 kepala negara/pemerintahan negara-negara Afrika, Johnson menggembar-gemborkan bahwa Inggris adalah mitra bisnis yang ideal untuk Afrika.
Kendati demikian, tampaknya Afrika sudah terlanjur hilang minat pada Inggris. Pasalnya jumlah peserta KTT Inggris-Afrika jauh lebih sedikit dibanding jumlah peserta KTT Rusia-Afrika atau KTT China-Afrika.
Inggris sendiri memang sudah lama dianggap sudah tidak memperdulikan Afrika. Hal tersebut dapat dilihat dari kunjungan pemimpin atau keluarga kerajaan Inggris yang sangat jarang. Pada 2018, Perdana Menteri Theresa May melakukan kunjungan pertama Inggris ke Kenya selama tiga dekade. Padahal Kenya adalah pusat ekonomi Afrika Timur.
Selain itu, perekonomian Afrika memang diakui tengah di atas angin. Data dari PBB pekan lalu menunjukkan, hampir seluruh negara mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, kecuali di Afrika.
Amerika juga mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika diproyeksikan mencapai 3,2 persen pada 2020, dan meningkat menjadi 3,5 persen pada 2021. Di antara negara-negara di benua tersebut, ada 5 negara yang diproyeksikan memiliki pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen pada tahun ini.
Dengan kenyataan ini, Johnson sepertinya harus bekerja keras untuk mendapatkan perhatian. Terlebih juga China, Rusia, dan bahkan India sudah terlebih dahulu mendekati benua hitam ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: