Hal ini diumumkan Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Selasa (21/1). Meski demikian, Kementerian Pertahanan menyatakan pengiriman pasukan tersebut tak lantas berarti Korea Selatan bergabung dengan koalisi maritim yang dipimpin oleh Amerika Serikat untuk melawan Iran.
"Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk sementara waktu memperluas penempatan unit militer Cheonghae dengan mempertimbangkan situasi saat ini di Timur Tengah, untuk memastikan keselamatan warga negara kami dan kebebasan navigasi kapal kami," ujar seorang pejabat kementerian seperti dimuat
Yonhap.
Sepak terjang unit Cheonghae sendiri sudah tidak perlu dipertanyakan. Sejak 2009, unit ini telah ditempatkan di Teluk Aden untuk bekerja mengatasi pembajakan dalam kerangka kerja sama dengan negara-negara Afrika, AS, dan Uni Eropa.
Pada 2018, Cheonghae bertanggung jawab atas proses evakuasi warga Korea Selatan dari Libya dan Yaman. Sebanyak 18.750 kapal Korea Selatan dan internasional dikawal oleh unit ini pada saat itu.
Saat ini Korea Selatan diketahui memiliki 302 Unit Cheonghae. Dalam Buku Putih Pertahanan negaranya, Cheonghae digambarkan memiliki kapal perusak 4.500 ton, helikopter antikapal selam Lynx, dan tiga
speedboat.
Pengiriman Cheongdae ke Selat Hormuz makin menunjukkan kepentingan Korea Selatan yang besar di wilayah tersebut. Dan memang benar, Korea Selatan adalah importir minyak mentah terbesar kelima di dunia dan salah satu pelanggan utama Iran.
Sebelum Korea Selatan mengirim Cheonghae, Jepang malah sudah lebih dahulu mengirimkan pasukannya ke perairan di Timur Tengah dengan tujuan yang sama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: