Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Amerika Ingatkan China, Virus Corona Bocor Dari Laboratorium Penelitian Di Wuhan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 25 Januari 2020, 08:58 WIB
Amerika Ingatkan China, Virus Corona Bocor Dari Laboratorium Penelitian Di Wuhan
Para Peneliti di Laboatorium Wuhan/Net
rmol news logo Dua tahun sebelum mewabahnya virus corona yang menewaskan 26 orang dan 830 orang terjangkit (data per Jumat, 24 Januari), para ilmuwan mengemukakan ketakutan mereka tentang laboratorium baru yang sedang dibangun. Laboratorium baru itu didirikan di Kota Wuhan, kota tempat di mana wabah virus corona ditemukan pertama kali.

China membangun Wuhan National Biosafety Laboratory, yang berlokasi di Institut Virologi Wuhan, sejak 2017. Dari tujuh lab yang direncanakan, sudah berdiri 5 lab yang khusus mempelajari virus atau patogen paling berbahaya di dunia termasuk Ebola dan SARS.

Lab itu didirikan dengan harapan dapat membantu China berkontribusi dalam penelitian virus-virus paling berbahaya di dunia.

Seorang konsultan biosafety Maryland, mengatakan dia khawatir pada budaya China yang dapat membuat institut itu tidak aman, di mana setiap orang merasa bebas untuk berbicara dan berprinsip keterbukaan informasi adalah penting.

Namun, ilmuwan lain membantah adanya kebocoran virus dari lab itu. "Pada titik ini tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa fasilitas itu ada hubungannya dengan wabah," kata ahli mikrobiologi Rutgers University, Dr Richard Ebright.

Lab itu terletak sekitar 20 mil dari Huanan Seafood Market yang diduga sebagai pusat penularan virus corona. Peneliti meyakini virus bermutasi dan menular ke manusia melalui kontak hewan-manusia di pasar itu, seperti disebutkan Metro Uk.

Itu adalah laboratorium pertama di China yang dirancang untuk memenuhi standar biosafetey-level-4 (BSL-4), tingkat biohazard tertinggi, yang artinya akan memenuhi syarat untuk menangani patogen paling berbahaya.

Laboratorium BSL-4  dilengkapi fitur dan lab yang dapat memenjarakan virus dan bakteri dan ditransmisikan melalui udara ke kotak tertutup yang dijangkau para ilmuwan dengan sarung tangan bermutu tinggi dan dengan pakaian pelindung seperti jas Hazmat (Hazard Material).

Di dunia, terdapat  54 laboratorium BSL-4, dan Wuhan National Biosafety Laboratory sudah memenuhi standar pada Januari 2017.

Pada awal operasionalnya, Wuhan National Biosafety Laboratory mengambil proyek yang hanya memerlukan pencegahan BSL-3 yakni virus tickborne yang menyebabkan demam berdarah Krimea-Kongo. Demam berdarah itu adalah penyakit yang sangat fatal, membunuh 10 hingga 40 persen dari yang terinfeksi.

SARS juga merupakan virus BSL-3. Direktur laboratorium, Yuan Zhimin, dari Wuhan National Biosafety Laboratory,  berencana untuk mempelajari virus SARS.

"Pada Januari 2018, lab itu melaksanakan percobaan global pada patogen BSL-4,' tulis Guizhen Wu dalam jurnal Biosafety and Health.

Vaksin China terhadap SARS mungkin diproduksi di sana. Hal itu dikatakan Dany Shoham, mantan perwira intelijen militer Israel.  

"Ini berarti virus SARS ditahan dan diperbanyak di sana, tetapi itu bukan virus corona baru, kecuali tipe liar telah dimodifikasi, yang tidak diketahui dan tidak dapat dispekulasi pada saat ini," katanya.

Amerika Serikat memiliki keprihatinan sehubungan dengan penelitian dan pengembangan virus ini. Sekaligus mengingatkan hal ini sebagai ancaman biologis.

Namun, ahli mikrobiologi Rutgers University, Dr. Richard Ebright, mengatakan tidak ada alasan untuk mencurigai laboratorium tersebut terlibat dengan wabah virus. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA