Seperti halnya pada Sabtu (25/1) tengah hari kemarin. Bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan petugas kemanan yang dilengkapi dengan gas air mata dan peluru tajam di Lapangan Khilani, beberapa ratus meter dari Lapangan Tahrir.
Menurut keterangan dari beberapa saksi dan petugas medis, polisi antihuru hara juga membakar sejumlah tenda protes di Jembatan Sinak yang membuat kepulan asap hitam membumbung ke langit.
Kendati begitu, para pengunjuk rasa tidak putus asa. Mereka yang terdiri dari ribuan orang berkumpul di Lapangan Tahrir untuk mendirikan tenda baru sebagai tanda mereka tak akan pergi hingga tuntutan terpenuhi.
"Saya baru saja tiba di Lapangan Tahrir bersama teman-teman dan semua orang mengatakan kepada kami untuk kembali karena situasinya semakin berbahaya," ujar seorang gadis pengunjuk rasa berusia 17 tahun, Qamar Imad.
"Tapi kita tidak akan meninggalkan Tahrir karena ini milik kita. Suara peluru hanya akan memperkuat tekad kita," ujarnya lagi seperti yang dimuat
Al Jazeera.
Gelombang unjuk rasa di Irak sendiri sudah terjadi sejak awal Oktober tahun lalu. Pengunjuk rasa yang didominasi oleh pemuda menuntut adanya perombakan sistem politik yang kini dianggap korup, sementara rakyat Irak jatuh dalam kemiskinan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: