Penutupan akses tersebut diumumkan pada Minggu (26/1), atau setelah sekelompok pengunjuk rasa membakar lobi sebuah gedung baru yang rencananya akan digunakan sebagai fasilitas karantina wabah corona yang berasal dari Wuhan.
Dimuat
Channel News Asia, sekelompok pengunjuk rasa berpakaian serba hitam masuk ke blok perumahan umum, Fan Ming Estate di distrik Fanling yang menjadi perbatasan dengan China daratan. Mereka kemudian melempar molotov ke gedung diikuti dengan suara alarm.
Meski api berhasil dipadamkan, namun are lobi tampak mengalami kerusakan.
Dari penuturan seorang pengunjuk rasa, aksi tersebut dilakukan sebagai seruan agar pemerintah menutup perbatasan dengan China untuk menghindari risiko terjangkit.
"Kami tidak puas dengan pemerintah memilih perumahan ini sebagai desa karantina karena sangat dekat dengan pemukiman dan sekolah dasar," ujar seorang pengunjuk rasa yang diketahui bernama Tsang.
Setelah unjuk rasa tersebut, pemerintah setempat mengatakan akan menghentikan pekerjaan untuk menjadikan Fai Ming Estate sebagai desa karantina.
Hingga saat ini, otoritas Hong Kong memang hanya membatasi akses keluar masuk dari China daratan. Koneksi kereta dan penerbangan dari dan ke Wuhan juga telah ditangguhkan.
Namun, menurut para pengunjuk rasa hal tersebut tidaklah cukup karena virus corona sudah menyebar ke berbagai wilayah China, khususnya seluruh kota di Provinsi Hubei.
Sementara itu, otoritas kesehatan Hong Kong mengatakan pada Minggu sore bahwa ada 107 orang yang tengah berada di karantina dan 77 kasus yang diduga terinfeksi corona.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: