Menjelang keluarnya Inggris dari Uni Eropa per 31 Januari 2020, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson tampaknya akan mengizinkan Huawei menjadi mitra pengakses jaringan 5G di Inggris melalui National Security Council (NSC) pada Selasa (28/1).
"Kami akan datang dengan solusi mendapatkan akses teknologi dan komunikasi yang fantastis, tapi juga (untuk) melindungi kepentingan keamanan dan melindungi kemitraan kunci kita dengan kekuatan-kekuatan keamanan lainnya di seluruh dunia," ujar Johnson kepada wartawan pada Senin (27/1).
Dimuat
EU Observer, keputusan Inggris tersebut disayangkan Amerika Serikat yang sejak tahun lalu sudah bermasalah dengan Huawei lantaran curiga teknologi 5G Huawei berkaitan dengan layanan intelijen China.
Untuk diketahui, teknologi 3G sendiri biasanya digunakan untuk internet seluler, 4G untuk mobile broadband, sementara 5G digunkan untuk membuka konektivitas seperti mobil
self-driving atau robot industri.
Dilansir
Reuters, Huawei hanya akan diizinkan Inggris untuk memasok peralatan jaringan non-inti sehingga akses Huawei ke sistem keamanan pusat negara tersebut terbatas.
Di sisi lain, keputusan Inggris ini mendapat respons dari AS. Melalui akun twitternya, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mewanti-wanti agar Inggris paham dengan risiko terhadap keputusan bekerja sama dengan perusahaan China tersebut.
Tiga senator dari Partai Republik, Tom Cotton, John Cornyn, dan Marco Rubio bahkan telah mengirim surat di akhir pekan lalu ke NSC Inggris guna mendesak pelarangan pembangunan 5G oleh Huawei.
"Tindakan perusahaan menunjukkan catatan yang jelas tentang perilaku predator dan bermasalah. Demi kepentingan terbaik Inggris, hubungan khusus AS-Inggris, kesehatan dan kesejahteraan pasar yang berfungsi dengan baik untuk teknologi 5G untuk mengecualikan Huawei," bunyi surat tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: