"Tanpa simpati dan empati, (kartun) itu telah melintasi garis bawah masyarakat beradab dan batas etika kebebasan berbicara dan menyinggung hati nurani manusia," kata Kedutaan China, seperti ditulis Reuters, Selasa (28/1).
Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan China mengatakan Jyllands-Posten dan seniman Denmark Niels Bo Bojesen harus meminta maaf kepada warga China karena menerbitkan gambar tersebut, yang diberi judul "Coronavirus" itu.
Jyllands-Posten memang terkenal dengan kontroversinya. Bukan sekali ini saja Jyllands-Posten memancing kemarahan. Pada 2005, media itu menerbitkan gambar-gambar satir tentang Nabi Muhammad yang menyebabkan kemarahan umat Muslim di seluruh dunia
Pemimpin Redaksi Jacob Nybroe bersikukuh mengatakan surat kabar itu tidak bermaksud mengolok-olok situasi di China. Namun, ia menolak untuk meminta maaf. Â
"Kami tidak dapat meminta maaf atas sesuatu yang kami pikir tidak salah," kata Nybroe kepada Ritzau. "Kami tidak berniat merendahkan atau mengolok-olok situasi di China dan kami tidak berpikir gambarnya melakukan itu," imbuhnya.
Politisi Denmark dari seluruh spektrum pun memberikan dukungan kepada Jyllands-Posten dengan mengatakan China seharusnya tidak menekan surat kabar itu.
"Dukungan penuh untuk Jyllands-Posten," bunyi tweet pemimpin Partai Konservatif Soren Pape Poulsen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: