Minggu (16/2), Gedung Putih menyatakan Presiden AS Donald Trump telah meminta Rusia untuk menghentikan dukungannya pada rezim Suriah yang dianggapnya keji.
"Dalam panggilan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Trump menunjukkan perhatian pada kekerasan di Idlib, Suriah. (Trump) menyampaikan AS ingin melihat berakhirnya dukungan Rusia terhadap rezim Assad yang keji," ujar Gedung Putih seperti dimuat
Al Awsat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memperhatikan serangan yang dilakukan oleh rezim Assad terhadap para pemberontak di wilayah bagian utara, Provinsi Idlib.
Turki sendiri mengaku memiliki 12 pos observasi di Idlib sebagai bagian dari kesepakatan dua negara untuk mencegah tindakan ofensif dari Suriah.
Saat ini, empat observasi Turki justru dikepung oleh pasukan Suriah. Turki pun berjanji akan menyerang Damascus apabila Assad tidak menarik pasukannya hingga akhir Februari.
"Serangan di Idlib harus dihentikan dan itu dibutuhkan untuk menciptakan gencatan senjata permanen tanpa kekerasan," ujar Cavusoglu di sela-sela Konferensi Keamanan di Munich dan setelah ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Menindaklanjuti hal ini, Turki juga mengirim utusannya ke Moskow pada Senin (17/2). Sebelumnya, utusan Rusia juga telah berkunjung ke Ankara namun belum mendapatkan keputusan yang konkret.
Konflik di Suriah sendiri sudah berlangsung selama 9 tahun tersebut. Selama itu pula, kurang lebih satu juta warga Suriah meninggalkan negara itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: