Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kasus Virus Corona Bertambah, Publik Yang Kecewa Pada PM Shinzo Abe Naik 46 Persen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 26 Februari 2020, 09:58 WIB
Kasus Virus Corona Bertambah, Publik Yang Kecewa Pada PM Shinzo Abe Naik 46 Persen
PM Shinzo Abe/Net
rmol news logo Perdana menteri Jepang tidak terlihat muncul ke hadapan publik, di tengah perjuangan Jepang menanggulangi penyebaran wabah virus corona.

Publik pun menilai Shinzo Abe, Perdana Menteri terlama Jepang itu, telah gagal dalam menghadapi wabah ini. Ia seperti menumpahkan semua permasalahan kepada menteri kesehatan.

Publik pun mulai meragukan kredibilitasnya, mungkin saja, hal itu juga akan mempengaruhi dukungan publik terhadap posisinya yang semakin merosot.

Sebentar lagi Jepang akan menghadapi Olimpiade Tokyo, mestinya ketika Abe bisa mensukseskan momen international tersebut, itu berarti adalah kesempatannya untuk bisa berjaya pada membawa partainya memenangkan pemilihan umum.

Menghilangnya Abe di saat krisis wabah virus corona bisa menghancurkan harapannya memenangkan masa jabatan Perdana Menteri Jepang untuk keempat kali, hal yang belum pernah ada, pada akhir September 2021 nanti.

Gerry Curtis, pakar politik Jepang meragukan Abe. Ia berkomentar, "Bagaimana ia bisa memimpin lagi?"  ujarnya, melansir Reuters, Selasa (25/2).  

"Bahkan sekarang, dia tidak di luar sana, tidak berbicara kepada publik dan memobilisasi orang," tambah profesor emeritus di Universitas Columbia ini.  

Berbeda halnya dengan warganet yang sebagian masih ada yang memaklumi sikap Abe.

"Saat orang-orang semakin cemas, dia belum juga muncul atau melakukan konferensi pers," kata seorang pengguna Twitter@yumidesu.

"Tetapi, jika dia lebih sering muncul, malah semakin menambah citra buruk. Mungkin untuk  menghindari itu, dia muncul di depan umum sesedikit mungkin," katanya lagi.

Abe telah mengalami beberapa masalah sejak dia kembali menjabat pada Desember 2012. Dukungan publik padanya terus turun, mencapai 36,2 persen dalam survei surat kabar Sankei yang dirilis pada akhir pekan. Sebaliknya, tingkat kekecewaan publik naik menjadi 46,7 persen.

Para pemilih terbelah terkait respon pemerintah terhadap virus tersebut. Sebanyak 85% menyatakan khawatir dengan wabah tersebut.

Jepang mulai menuai kritik terkait virus corona, saat melakukan penanganan wabah itu di kapal  Diamond Princess sejak kapal berlabuh di dekat Tokyo pada 3 Februari.

Terakhir kali Abe berbicara di hadapan publik ketika ia memberikan pengarahan tentang memperlambat laju infeksi dan kematian akibat virus corona.

"Kami berada pada tahap yang sangat kritis untuk mengakhiri penyebaran virus secara dini," kata Abe, saat itu, sebelum meninggalkan Menteri Kesehatan Katsunobu Kato untuk menjelaskannya kepada wartawan.

Jepang mengonfirmasi 159 kasus virus korona atau Covid-19 hingga Selasa (25/2). Korban meninggal mencapai tiga orang, dua di antaranya terkait dengan kapal pesiar Diamond Princess yang sempat bersandar di pelabuhan Yokohama, Jepang.

Angka korban terinfeksi tersebut menempatkan Jepang di urutan ketiga negara dengan kasus virus korona terbanyak di luar China, di bawah Korea Selatan dan Italia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA