Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Todung Mulya Lubis: Film Mentawai 'Newtopia' Berisi Budaya Eksotis Kuno Dan Tentang Persahabatan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Sabtu, 29 Februari 2020, 08:39 WIB
Todung Mulya Lubis: Film Mentawai 'Newtopia' Berisi Budaya Eksotis Kuno Dan Tentang Persahabatan
Todung Mulya Lubis dan Audun Amundsen/Net
rmol news logo Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Oslo menyelenggarakan acara nonton bersama kelompok Friends of Indonesia film dokumenter "Newtopia" karya Audun Amundsen, bertempat di Wisma Indonesia, Oslo, Norwegia, Kamis malam (27/2).

Acara nonton bareng dihadiri Dutabesar RI untuk Norwegia dan Islandia, Todung Mulya Lubis beserta Ibu Damiyati Lubis, sutradara Audun Amundsen dan istri, serta kurang lebih 40 peserta yang terdiri dari para undangan dan jajaran staf KBRI Oslo.

Para undangan tampak antusias dengan pemutaran film dokumenter perdana besutan sineas muda asal Norwegia tersebut. Mereka terlihat mulai datang mulai pukul 15.30, meski nonton bareng baru dimulai sekitar pukul 16.30 waktu setempat.

Newtopia merupakan film dokumenter yang merangkum perjalanan Audun Amundsen dalam menelusuri kehidupan tradisional Suku Mentawai dan keindahan alam kepulauan yang terletak di sisi paling barat Provinsi Sumatra Barat itu.

Lewat film ini dia berusaha menampilkan fragmen demi fragmen upaya masyarakat Mentawai dalam mempertahankan budaya mereka dengan keanekaragaman kehidupan dan ekosistem yang ada.

Seorang backpacker muda dan berjiwa petualang, Audun Amundsen sedari awal terpesona dengan kehidupan kesukuan yang murni dan alami di pedalaman hutan Indonesia.

"Masyarakat Mentawai sangat erat dan kuat dengan tradisi dan adat istiadat yang mereka miliki secara turun temurun. Alam mereka indah dengan hutan dan laut yang menyediakan segala keperluan," terang Audun dalam keterangan resmi KBRI Oslo.

Demi membuat film ini, Audun tinggal menetap di lingkungan Suku Mentawai sejak tahun 2004, di tengah keluarga seorang dukun Mentawai bernama Aman Paksa.

Saat tinggal di hutan, ikatan kuat tumbuh antara Audun dan keluarga Aman Paksa. Salah satunya ditandai dengan mampunya Audun berkomunikasi tidak saja dalam bahasa Indonesia, namun juga Bahasa asli Mentawai, dalam waktu yang relatit singkat, enam bulan.

Konflik mulai muncul ketika masyarakat pedalaman Mentawai diperkenalkan dengan modernisasi yang cepat. Tradisi Mentawai yang selama ini melalui upacara adat istiadat yang telah turun-temurun mampu membekali anak-anak mereka dengan keterampilan dan kemampuan berkembang selaras dengan hutan dan mengatur generasi penerus, perlahan terbentur dengan nilai-nilai moderen yang sarat akan kapitalisasi dan kompetisi.

Aman Paksa terbelah antara dua dunia yang tampaknya mustahil untuk dipersatukan. Dia sangat membutuhkan modernitas dan merindukan kehidupan yang lebih aman, lebih sederhana untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Namun, mengakses modernitas yang saat ini tersedia baginya berarti mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai. Menciptakan generasi baru tanpa pengetahuan budaya dan kepercayaan asli mereka.

Audun yang secara emosional terlanjur terikat akhirnya memilih untuk membantu Aman Paksa mencicip modernitas. Pengalaman demi pengalaman, termasuk pertama kalinya membeli motor listrik untuk perahu hingga terbang naik pesawat ke Ibukota Jakarta, dilalui Aman Paksa bersama sahabat kulit putihnya itu.

Sebuah kisah menyentuh tentang persahabatan dua manusia beda dunia yang akhirnya berhulu pada keputusan Aman Paksa hijrah kembali ke kehidupan tradisionalnya di hutan Mentawai.

"Saya belajar banyak. Saya belajar betapa hanya sedikit yang diperlukan untuk berbahagia. Jelas bukan berasal dari materi. Benar-benar dari dalam diri sendiri dan hubungan kita dengan keluarga dan teman," aku Audun.

Dutabesar LBBP Todung Mulya Lubis dalam sambutannya memberikan apresiasi mendalam atas dirilisnya film dokumenter yang memiliki kesan "personal" dan "obyektif" terhadap kehidupan masyarakat di pedalaman Mentawai.

"Newtopia lebih dari sekadar film tentang budaya eksotis kuno yang indah, tetapi sebuah kisah epik tentang persahabatan dan sifat manusia," jelas Todung.

Dia mengatakan Indonesia patut berbangga dengan keberagaman suku dan budaya, salah satunya Suku Mentawai, kebudayaan asli yang bisa bertahan selama puluhan ribu tahun.

Usai nonton bareng, Dubes Todung Mulya Lubis membuka sesi tanya jawab dengan penonton dan bertindak langsung sebagai moderator. Antusiasme penonton kembali terlihat dengan cukup banyaknya pertanyaan yang diajukan.

Sekitar pukul 18.30 waktu setempat, acara nonton bareng serta diskusi ditutup dan dilanjukan acara ramah-tamah dengan hidangan berbagai kuliner khas Indonesia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA