Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bolivia, Bukti Standar Ganda AS Terhadap Pemimpin Sayap Kiri Di Amerika Latin

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 08 Maret 2020, 16:11 WIB
Bolivia, Bukti Standar Ganda AS Terhadap Pemimpin Sayap Kiri Di Amerika Latin
Presiden Sementara Bolivia, Jeanine Anez/Net
rmol news logo Amerika Serikat (AS) dianggap telah menerapkan standar ganda, kepada para pemimpin sayap kiri di Amerika Latin.

Adalah Oretes Sotomayor, seorang penerbit berusia 35 tahun yang membuat berita online berhaluan kiri. Ia ditangkap oleh sekelompok petugas polisi berpakaian preman dengan alasan telah melakukan "kejahatan dunia maya".

Ketika ditelusuri, Sotomayor ternyata bersalah karena telah mengkritis sang presiden sementara yang didukung AS, Jeanine Anez.

"Penangkapan saya adalah bagian dari upaya yang jauh lebih besar oleh pemerintah ini. Ini tidak berbeda dengan apa yang terjadi di Bolivia selama pemerintahan militer di masa lalu," ujar Sotomayor yang telah menghabiskan 5 pekan di penjara, sebelum dipindahkan menjadi tahanan rumah.

Penangkapan Sotomayor, penerbit dari kiri, telah memicu gelombang kritik dari sayap kanan. Namun, AS tetap diam. Tidak seperti kampanye anti diktator yang digalangnya sebelumnya.

Para kritikus mengatakan, pemerintahan Presiden Donald Trump telah menganggap remeh gelombang penindasan yang dilakukan oleh Anez. Bukan hanya itu, AS juga diam dengan pembunuhan para pemimpin komunitas sayap iri di Kolombia, penembakan polisi di lingkungan miskin Brasil, hingga dugaan perdagangan narkoba dan pelanggaran hak asasi manusia di Honduras oleh Presiden Juan Orlando Hernandez.

Namun pada saat yang bersamaan, pemerintahan Trump justru telah memimpin kampanye paling agresif atas penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan para pemimpin kiri, terutama di Venezuela dan Kuba.

Para analis mengatakan, AS telah melakukan standar ganda. Sejak menggantikan Evo Morales, Anez yang anti sosialis telah memimpin ratursan lawan, wartawan, dengan kampanye pengamanan nasional. Alhasil 31 orang sedikitnya meninggal dunia. Namun, AS tetap bungkam.

"Ada keengganan pada tingkat pemerintahan Trump untuk meminta Anez bertanggung jawab, jadi dia memiliki banyak ruang untuk melakukan apa yang dia inginkan, termasuk apa yang tampaknya menjadi pelaksanaan pembalasan dendam," ujar presiden Dialog Antar-Amerika, Michael Shifter.

Di depan umum, pemerintahan Anez menyangkal menggunakan taktik garis keras. Mereka mengatakan hanya merespons para pendukung Morales seperti yang dimuat Washington Post.

Kendati begitu, politisi dan aktivis anti-Morales yang pernah mendukung Anez, sekarang justru mengatakan pemerintah telah menggunakan ancaman dan intimidasi untuk mengkonsolidasikan kekuatan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA