Sebanyak sekitar 25.000 orang yang terdiri dari 1.500 dokter, 3.000 perawat, dan lebih dari 20.000 aktivis dikerahkan oleh kelompok yang disebut Amerika Serikat sebagai teroris ini.
Para petugas medis tersebut tergabung dalam Frontline Islam Perlawanan.
"Ini adalah perang nyata yang harus kita hadapi dengan pola pikir seorang pejuang," ujar Kepala Dewan Eksekutif Kelompok Syiah itu, Sayyed Hashem Safieddine saat diwawancarai oleh stasiun televisi.
"Peran kami adalah untuk melengkapi aparat pemerintah dan tidak berdiri di tempat," lanjutnya seperti dimuat
Reuters.
Selain mengerahkan para petugas medis, kelompok Islam Syiah yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 ini juga mendedikasikan Rumah Sakit Beiru untuk merawat pasien corona.
Tidak hanya itu, mereka juga empat rumah sakit yang sudah tidak gunakan, menyiapkan 32 pusat medis di seluruh Lebanon, dan mempersiapkan tiga rumah sakit lapangan bila diperlukan.
Sebuah hotel juga disewa untuk digunakan sebagai tempat karantina, kata Safieddine.
Nantinya, semua pekerjaan media akan sesuai dengan protokoh dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan.
Di mana menteri kesehatan Lebanon saat ini memang dipilih oleh Hizbullah.
"Mengelola krisis dan mengelola perang, tidak jauh berbeda," kata Safieddine.
Sementara petugas kesehatan berada di garda terdepan, para pasukan Hizbullah akan bekerja untuk memantau mereka yang wajib dikarantina untuk mematuhi peraturan.
Saat ini, Lebanon sendiri memiliki 333 kasus corona dengan enam orang meninggal dunia.
Kapabilitas Lebanon untuk mengatasi wabah menjadi dipertanyatakan setelah pemerintah menyatakan bulan ini saja mereka tidak dapat membayar hutang usai mata uangnya anjlok 40 persen sejak Oktober.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: