Misalnya saja di Jepang, sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Kementerian Digital Taiwan mendapatkan pujian karena dapat melacak pasokan masker.
Aplikasi itu bernama eMask, dikembangkan langsung oleh Menteri Digital Audrey Tang.
Tang adalah seorang menteri yang tidak memiliki portofolio di pemerintahan. Ia justru adalah seorang profesional.
Pada usia 14 tahun, ia telah dipekerjakan oleh perusahaan IT ternama. Sebelum 20 tahun, ia telah memulai bisnisnya. Barulah pada 2016, ia bergabung dalam kabinet.
Tang menjadi salah satu orang dibalik aplikasi yang bisa menampilkan data tentang persediaan masker di apotek setempat.
Aplikasi ini juga sangat membantu pemerintah untuk menerapkan sistem kuota berdasarkan kondisi aktual di lapangan yang bisa mengurangi panic buying di masyarakat.
Dengan inovasi tersebut, banyak netizen Jepang memuji penggunaan teknologi informasi Taiwan untuk menanggapi krisis.
"Koordinasi antara insinyur di sektor swasta dan pemerintah sangat mengesankan," cuit salah seorang netizen dari Jepang dalam akun Twitternya seperti yang dimuat
Nikkei Asian.
Nama Tang sendiri menjadi terkenal di Jepang setelah ia menawarkan bantuan pengalihan bahasa untuk memperbaiki situs web informasi virus corona milik pemerintah Tokyo.
Karena di Jepang saat ini panic buying terhadap masker kian merajalela, para netizen pun berharap memiliki orang berbakat seperti Tang.
"Jepang membutuhkan orang-orang berbakat seperti Ms. Tang. Jepang semakin terpikat," cuit seorang warga Jepang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: