"Tahanan dan tahanan politik di Yaman sangat rentan terpapar jika virus Covid-19 muncul di penjara dan fasilitas penahanan lainnya," ujar Kelompok Ahli Internasional dan Regional Terkemuka di Yaman dalam sebuah pernyataan pada Senin (30/3).
Kelompok itu mengungkapkan, kondisi di balik jeruji di Yaman sangat mengerikan. Tempat tinggal yang penuh sesak, kurangnya sanitasi yang layak, dan aksesnya yang tidak memadai ke layanan perawatan kesehatan.
"Diperlukan jarak fisik dan isolasi diri yang mustahil," bunyi pernyataan itu seperti yang dikutip
CGTN.
Sebelumnya, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet juga meminta kepada pemerintah untuk tidak melupakan orang-orang yang dipenjara pada saat pandemik.
"Sangat penting bahwa pemerintah harus menangani situasi orang-orang yang ditahan dalam perencanaan krisis mereka untuk melindungi tahanan, staf, pengunjung, dan tentu saja masyarakat yang lebih luas," kata Bachelet dalam pernyataan tertulis pekan lalu.
"Sekarang, lebih dari sebelumnya, pemerintah harus membebaskan setiap orang yang ditahan tanpa dasar hukum yang memadai," tambahnya.
Atas dasar yang sama, beberapa negara juga telah membebaskan puluhan ribu tahanan, termasuk Indonesia.
Pada awal Maret, pemerintah Iran membebaskan lebih dari 70 ribu tahanan dan memperpanjang cuti dari 100 ribu tahanan.
Hal yang sama juga dilakukan di Suriah, Libya, hingga Irlandia Utara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: