Duterte dalam siarannya menyebutkan perpanjanan masa lockdown itu karena pemerintah terus bergulat dengan penyebaran pandemi yang terus berlanjut, melansir
Aljazeera, Rabu (8/4).
Lockdown juga dilakukan di beberapa wilayah lainnya di luar Pulau Luzon.
Saat ini Filipina mencatat angka kasus lebih dari 3.700 terinfeksi virus corona dan angka kematian sebanyak 180.
Penguncian wilayah dilakukan demi menahan penyebaran penularan virus corona, tetapi bagaimana dengan para penderita tuberculosis (TB)?
Kehidupan puluhan ribu pasien TB kini mengalami resiko yang lebih parah lagi. Petugas kesehatan pemerintah dan rumah sakit setempat menunda program imunisasi, seperti untuk TB dan polio, karena semua perhatian terfokus pada perang melawan virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada 2019 Global Tuberculosis Report mencatat ada sekitar 591.000 orang Filipina yang menderita tuberculosis. Bahkan pada 2018 angka kematian karena penyakit ini mencapai 26.000, yang merupakan enam persen dari 10 juta kasus di seluruh dunia.
Filipina menjadi satu-satunya negara di mana jumlah kasus tuberculosis terus meningkat setiap tahun, dan penyakit ini masih sangat terstigmatisasi meskipun dapat diobati.
Saat ini, diperkirakan satu juta orang Filipina memiliki infeksi TB aktif. Filipina tercatat memiliki angka asus TB tertinggi ketiga di dunia, setelah Afrika Selatan dan Lesotho.
“Ketika fasilitas kesehatan di seluruh negeri tergesa-gesa menangani pandemic Covid-19, pasien TB sekarang juga menghadapi ancaman tertular virus corona karena sistem kekebalan tubuh mereka yang melemah,†kata Dr. Alfie Calingacion, yang bekerja dengan pasien tuberkulosis di pulau tengah Bohol.
Calingacion mengatakan rumah sakit berjuang melawan kurangnya peralatan perlindungan pribadi dasar seperti masker bedah dan respirator N95. Sementara itu cuma sedikit ruang untuk pasien TB di rumah sakit.
“Rumah sakit kami sekarang penuh sesak dengan pasein Covid-19. Jadi kami menyarankan pasien TB kami untuk tinggal di rumah,†katanya miris.
Josefina Marquez seorang pasien TB mengeluh sudah lama ia tidak mendapatkan obat TB karena semua wilayah ditutup akibat lockdown.
"Transportasi telah dihentikan karena adanya penguncian (Lockdown). Ketika saya akan pergi untuk mengambil obat-obatan, polisi di pos pemeriksaan mengatakan saya perlu surat dari klinik yang memberi saya izin untuk pergi ke luar rumah. Tetapi bagaimana caranya, bisakah saya mendapatkan surat itu tanpa pergi?†keluh Josefina.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: