Demikian laporan dari Measles&Rubella Initiative (M&RI) yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF pada Selasa (14/4).
Berdasarkan laporan tersebut, kampanye imunisasi campak di 24 negara telah ditunda dan berpotensi menempatkan anak-anak di 37 negara dalam risiko. Angka tersebut juga bisa bertambah jika kondisi ini terus berlanjut.
“Jika pilihan yang sulit untuk menghentikan vaksinasi dibuat karena penyebaran Covid-19, kami mendesak para pemimpin untuk mengintensifkan upaya untuk melacak anak-anak yang tidak divaksinasi, sehingga populasi yang paling rentan dapat diberikan vaksin campak segera setelah memungkinkan untuk dilakukan jadi," ujar M&RI dalam pernyataannya.
"Sementara kita tahu akan ada banyak tuntutan pada sistem kesehatan dan pekerja garis depan selama dan di luar ancaman Covid-19, memberikan semua layanan imunisasi, termasuk vaksin campak, sangat penting untuk menyelamatkan jiwa," sambungnya seperti dimuat
Reuters.
Ketika pandemik corona telah menewaskan lebih dari 113 ribu orang dan menginfeksi hampir 2 juta jiwa, hampir semua negara menerapkan penguncian atau pembatasan gerak.
Semua fokus pada penanganan wabah corona tanpa menyadari adanya ancaman wabah lain, termasuk campak.
Menurut data dari WHO pada Desember, campak telah menginfeksi hampir 10 juta orang pada 2018 dan menewaskan 140 ribu orang yang didominasi anak-anak.
Penyakit akibat virus yang sangat menular ini bisa dicegah dengan melakukan imunisasi massal pada bayi dan anak-anak secara rutin.
Bahaya campak, membuat Kelompok M&RI mengatakan vaksin campak juga diperlukan di tengah pandemik Covid-19.
"Upaya mendesak harus diambil sekarang untuk bersiap menutup celah kekebalan yang akan dieksploitasi oleh virus campak," pungkas kelompok tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: