Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Di Angka Nol Persen, Terburuk Dalam 60 Tahun

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 17 April 2020, 12:07 WIB
IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Di Angka Nol Persen, Terburuk Dalam 60 Tahun
IMF/Net
rmol news logo Pertumbuhan ekonomi Asia diperkirakan akan berhenti di nol persen untuk 2020, terburuk dalam 60 tahun ke belakarang.

Demikian yang disampaikan oleh  Direktur Departemen LKM Asis dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF), Chang Yong Rhee pada Rabu (15/4).

"Ini adalah krisis yang tidak ada duanya. Ini lebih buruk daripada krisis keuangan global, dan Asia tidak kebal. Dampak dari coronavirus di kawasan ini akan secara menyeluruh, menjadi parah dan belum pernah terjadi sebelumnya," kata Chang seperti dimuat CGTN pada Jumat (17/4).

Menurut data IMF, pertumbuhan PDB Asia tercatat sebesar 4,7 persen selama krisis keuangan global, dan 1,3 persen selama krisis keuangan Asia.

Di bawah situasi saat ini, Rhee mengatakan bahwa prioritas pertama seluruh negara Asia adalah untuk mendukung sektor kesehatan dan memperkenalkan langkah-langkah yang memperlambat penularan, terutama dukungan yang ditargetkan untuk rumah tangga dan perusahaan yang paling terdampak.

Dalam hal itu, ia mengatakan, kebijakan moneter dan stimulus ekonomi domestik harus digunakan untuk memastikan likuiditas yang cukup untuk bisnis.

Sementara itu, dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang dirilis pada Selasa (14/4), diperkirakan ekonomi global akan menyusun sebesar 3 persen pada tahun ini.

Di mana laporan tersebut memprediksi ekonomi AS akan berkontraksi sebesar 5,9 persen dan zoba Euro sebesar 7,5 persen. Hal yang sama juga terjadi pada  pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang yang akan menyusut sebesar satu persen.

Untuk China sendiri akan mempertahankan kondisi pertumbuhan ekonomi positif sebesar 1,2 persen jika bisa mempercepat kegiatan produksi karena lockdown telah dicabut.

"Ekonomi China mulai kembali bekerja, ekonomi lain memaksakan penguncian yang lebih ketat, dan beberapa mengalami gelombang kedua infeksi virus," kata Rhee.

Untuk tahun 2021, Rhee mengatakan jika tindakan penahanan berhasil, dan dengan stimulus kebijakan yang substansial, pertumbuhan di Asia diperkirakan akan meningkat pesat, lebih daripada selama krisis keuangan global. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA