Kemunculannya terlihat dalam unggahan fotonya di akun Twitter serta keterangan bahwa ia baru saja menerima kunjungan duta besar Prancis Christophe Guilhou di kepresidenan.
“Diskusi yang bermanfaat dengan Tuan Christophe Guilhou, Duta Besar Prancis untuk Kamerun siang ini di Istana Persatuan. Fokus diberikan pada perjuangan kami melawan pandemi coronavirus di Kamerun, Prancis dan dunia,†tulisnya dalam unggahan foto pada Twitter.
Ia sendiri belum secara pribadi berpidato di Kamerun tentang upaya penanganan pandemik.
Duta Besar Prancis telah mengkonfirmasi pertemuan dengan Biya juga melalui Twitter. Dia membenarkan topik pembicaraan dan menekankan bahwa Prancis berdampingan dengan Kamerun dalam perang melawan virus.
Kamerun adalah negara paling terkena dampak di Afrika Tengah dengan hampir 1.000 kasus per Jumat (17/4) dan angka mencapai 22.
Pada awal April, satu bulan setelah kasus pertama Covid-19 tercatat, orang Kamerun melakukan kampanye media sosial yang menuntut agar Paul Biya berbicara kepada bangsa itu seperti halnya seorang kepala negara.
Selain kepayahan karena virus corona, Kamerun juga terlibat dalam dua konflik kekerasan, satu melawan teroris Boko Haram di utara, yang lain melawan separatis berbahasa Inggris di barat. Para separatis dilaporkan mengumumkan gencatan senjata di tengah penyebaran virus.
Tapi ada satu set petarung baru. Para pejuang di front baru adalah dokter dan perawat yang sangat kekurangan masker dan ventilator.
Dalam tweet yang ia posting pada hari ini, Sabtu (18/4) Biya mengucapkan terima kasih atas bantuan Perancis.
“Kamerun berterima kasih atas dukungan Prancis yang membantu dalam perang melawan Covid-19. Hari ini, Duta Besar @ChrisGuilhou memberi saya sumbangan signifikan gel hidroalkohol untuk melindungi populasi kita, dan banyak lagi,†tulis Biya dalam akun @CameroonPm237 yang dikutip redaksi RMOL, Sabtu (18/4).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: