Pada Sabtu (18/3), Trump bahkan mengungkapkan ia telah menawarkan bantuan kepada Iran, jika mereka mau dan membutuhkannya.
"Jika mereka membutuhkan bantuan, jika mereka membutuhkan ventilator, kami tentu akan bersedia membantu," ujar Trump saat melakukan briefing harian di Gedung Putih, Minggu (19/4).
"Apa yang harus mereka lakukan adalah cerdas dan membuat kesepakatan," lanjutnya seperti dimuat
Sputnik.
Kendati begitu, tawaran Trump tersebut tampaknya telah ditolak mentah-mentah oleh Iran.
Dalam cuitan di akun Twitternya, @JZarif, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran tidak kekurangan ventilator, dan bahkan akan mengekspornya.
Zarif yang juga menyebutkan akun Twitter Trump juga memintanya untuk berhenti ikut campur dalam urusan Iran.
"Iran akan MENGEKSPOR ventilator dalam beberapa bulan, @realdonaldtrump. Yang harus anda lakukan adalah berhenti ikut campur dalam urusan negara lain, khususnya negara saya," cuit Zarif.
"Dan percayalah, kami tidak akan mengambil saran dari SIAPA PUN yang merupakan politisi Amerika," tambahnya.
Iran yang sebelumnya menjadi negara dengan kasus terinfeksi paling banyak di Timur Tengah telah berulang kali mendesak AS untuk mencabut sanksinya. Lantaran dengan sanksi tersebut, Iran kesulitan untuk mendapatkan obat-obatan dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan untuk melawan virus.
Hingga saat ini, jumlah infeksi virus corona baru di Iran sudah melebihi 80.800 kasus dengan lebih dari 5.000 orang meninggal dunia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: