Pada Sabtu (18/4), ribuan orang membanjiri jalanan menuju Madrasah Jamia Rahman, di mana ulama tersebut dimakamkan. Hal tersebut memicu kekhawatiran akan potensi lonjakan infeksi virus corona baru (Covid-19) di sana.
"Kami telah dengan ketat memerintahkan semua penduduk di tujuh desa untuk tinggal di rumah setiap saat setidaknya selama 14 hari ke depan sehingga kami dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya yang tetular virus," ujar seorang petugas kepolisian kepada
Reuters.
Dengan aturan tersebut, penduduk dilarang ke luar rumah, kecuali untuk membeli bahan makanan dan obat-obatan.
Selain memberlakukan hal tersebut, kepolisian juga telah memecat dua polisi senior yang dianggap telah gagal mencegah terjadinya kerumunan massa.
Hingga saat ini, Bangladesh telah melaporkan 2.456 kasus Covid-19 dengan 91 orang meninggal dunia.
Kuncian yang diberlakukan oleh pemerintah setidaknya sampai 25 April tampaknya tidak berhasil untuk mengatur warga agar tetap di rumah.
Pasalnya, selain pemakaman tersebut, pada akhir pekan, para buruh di Bangladesh juga mengadakan unjuk rasa untuk pembayaran upah.
Selain itu, para pemimpin agama juga masih mengizinkan jamaah dalam jumlah kecil untuk melakukan ibadah di masjid, meski Perdana Menteri Sheikh Hasina telah memperingatkan adanya risiko penularan. Beberapa masjid juga masih mengadakan shalat Jumat.
Hal-hal tersebut memicu kekhawatiran akan adanya lonjakan kasus ketika bulan Ramadhan di mana umat Islam mengadakan shalat Tarawih di masjid.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: