Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Madagaskar Temukan Ramuan Covid Organik Bersamaan Dengan Kecemasan Penghentikan Pendanaan WHO

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 21 April 2020, 13:59 WIB
Madagaskar Temukan Ramuan Covid Organik Bersamaan Dengan Kecemasan Penghentikan Pendanaan WHO
Kota Antananarivo Di Madagaskar/Net
rmol news logo Pemerintah Madagaskar telah mengumumkan peluncuran obat tradisional untuk penyakit Covid-19.

Presiden Andry Rajoelina mengatakan obat yang disebut CVO atau Covid Organik adalah obat tradisional yang sudah diperbaiki yang terdiri dari tanaman obat Artemisia dan Malagasy.

Dia mengatakan itu diproduksi setelah studi ilmiah oleh IMRA (Malagasy Institute for Applied Research). Madagaskar saat ini memiliki 121 kasus Covid-19 dengan 39 pemulihan dan tidak ada kematian.

“Besok akan meluncurkan CVO atau Covid-Organics, obat tradisional yang terdiri dari tanaman obat Artemisia & Malagasy setelah studi ilmiah oleh IMRA (Malagasy Institute for Applied Research). Tes klinis pertama yang menggembirakan, langkah pertama selesai!” tulis Andry Rajoelina dalam tweetnya kemarin, Senin (20/4).

Lebih dari 1 juta tes virus corona akan diluncurkan mulai minggu depan di seluruh Afrika untuk mengatasi "kesenjangan besar" dalam menilai jumlah kasus sebenarnya di benua itu.

Ini menurut kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, pada pekan lalu. Sementara ada dugaan lebih dari 10 juta kasus parah akan terjadi dalam enam bulan ke depan.

"Mungkin 15 juta tes akan diperlukan di Afrika selama tiga bulan ke depan,” kata John Nkengasong, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, melansir Africa News, Selasa (21/4).

Para ahli mengatakan Afrika berada beberapa minggu di belakang Eropa dan Amerika Serikat (AS), tetapi peningkatan dalam kasus-kasus tersebut tampak serupa.

Saat semua negara Afrika tengah berjuang mengatasi virus, mereka juga dibayangi kecemasan atas keputusan AS yang menghentikan pendanaan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kepala CDC Afrika menyatakan keprihatinannya terhadap keputusan AS untuk memotong dana bagi WHO , dengan mengatakan bahwa “hal itu benar-benar akan memengaruhi kemampuan negara-negara anggota (Uni Afrika) untuk menerima dukungan” dari badan PBB. AS adalah donor utama bagi WHO.

Kepala regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan bahwa untuk dua tahunan wilayah tersebut telah menerima hampir USD 50 juta dari AS.

Dari keputusan AS, dia mengatakan dampaknya akan signifikan dalam memerangi penyakit di luar virus corona, termasuk malaria dan HIV.

“Kami sangat berharap itu akan dipikirkan kembali," ujar Moeti.

Setiap pengurangan dukungan untuk negara-negara Afrika akan menyakitkan karena benua itu memiliki beberapa sistem kesehatan terlemah di dunia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA