Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Malaysia Berhasil Meratakan Kurva Kasus Covid-19, Tapi Berapa Biaya Yang Harus Ditanggungnya?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 01 Mei 2020, 12:23 WIB
Malaysia Berhasil Meratakan Kurva Kasus Covid-19, Tapi Berapa Biaya Yang Harus Ditanggungnya?
Ilustrasi/Net
rmol news logo Malaysia kelihatannya berhasil meratakan kurva Covid-19. Tingkat kesembuhan negara itu cukup tinggi hampir mencapai 4000 per Kamis (30/4).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Saat ini, Malaysia memiliki 6.002 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, dan telah melaporkan 102 kematian, sesuai data dari Worldometers, Jumat (1/5).

Para ahli mengatakan, negara telah membayar banyak untuk menjamin rakyatnya di masa pandemik. Menjamin mereka yang kehilangan pekerjaan, merawat mereka yang terkena masalah kesehatan dan menjamin kehidupan masyarakat yang terdampak wabah ini.

Sebelumnya, Malaysia diperkirakan menjadi negara dengan kasus Covid-19 yang paling parah di Asia Tenggara, tetapi para pejabat mengatakan penguncian nasional yang diberlakukan pada 18 Maret, di mana sekolah dan bisnis yang tidak penting telah ditutup, dan pertemuan sosial dilarang,  telah membantu memperlambat penyebaran penyakit.

"[Perintah kontrol gerakan] telah berhasil meratakan kurva dan negara kita sedang memasuki fase pemulihan," kata direktur jenderal kesehatan negara itu Noor Hisham Abdullah, seperti dikutip dari SCMP, Kamis (30/4).

Pandemi Covid-19 berdampak cukup besar pada kehidupan manusia, termasuk di antaranya kondisi kesehatan mental.
 
Survei Think tank The Center pada Kamis kemarin menemukan bahwa 50 persen responden melaporkan mengalami tingkat kesejahteraan mental negatif selama masa penguncian. 22 persen di antaranya mengalami kecemasan yang parah atau sangat parah.

Wanita dan mereka yang berusia di bawah 35 tahun melaporkan tingkat emosi negatif yang lebih tinggi. Sebanyak 26 persen wanita mengatakan bahwa mereka mengalami depresi, kecemasan, dan stres yang parah dan sangat parah.

Think tank The Center juga mendapati hasil survei dari orang-orang yang tinggal di perumahan kumuh.  Mereka mengalami kondisi kesehatan yang lebih ekstrim.

"Ini menyoroti kebutuhan untuk meninjau kembali bagaimana perumahan murah dirancang dan dibangun, untuk mempertimbangkan implikasi kesehatan mental," kata The Center dalam sebuah pernyataannya.

Meskipun tidak ada hitungan tepat untuk 'Flattening The Curve', istilah yang saat ini menjadi bahan pembicaraan yang artinya menurunkan angka kasus, Malaysia telah melakukan penanganan wabah virus dengan baik.

Dr Helmy Haja Mydin, spesialisasi penyakit pernapasan dari Rumah Sakit Pantai Kuala Lumpur, mengatakan, setiap negara memiliki metrik sendiri, sebagian besar dipengaruhi oleh konsekuensi sosial ekonomi.

"Untuk Malaysia, angka-angka ini adalah gambaran bagus dari kemajuan kami, tetapi nuansa ekonomi juga harus diperhitungkan," kata Helmy.

Institute of Strategic and International Studies (ISIS), menilai pandemik ini akan memiliki efek "menghancurkan" pada ekonomi Malaysia. Dilihat dari faktor eksternal seperti guncangan permintaan dan penawaran global, serta faktor domestik seperti penguncian atau karantina.

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah mengumumkan bahwa beberapa pembatasan akan dicabut sehingga ekonomi bisa melaju kembali. Tetapi para ahli mengatakan strategi mencabut penguncian harus dipikirkan dengan baik agar hasil yang sudah dicapai sejauh ini tidak sia-sia, atau  memunculkan lagi angka kasus.

"Hal-hal tertentu harus tetap dilarang, seperti perjalanan antarnegara sehingga orang tidak terburu-buru ke kota asal mereka untuk perayaan Idul Fitri," kata Helmy dari Pantai Hospital.

Meskipun penguncian itu menjaga tingkat kematian Malaysia di bawah 2 persen, pemerintah pekan lalu mengatakan pihaknya memperkirakan kerugian harian yang dialami negara itu mencapai 2,4 miliar ringgit setara dengan 550 juta dolar AS.

Institut Riset Ekonomi Malaysia pada 25 April memperkirakan sekitar 2,4 juta warga Malaysia bisa kehilangan pekerjaan mereka jika penguncian diperpanjang lagi.

Sementara itu, pekerja migran dan pengungsi menerima banyak opini negatif, dengan beberapa warga Malaysia menuntut agar sumber daya negara hanya digunakan untuk warganya.

Pemerintah telah mengumumkan paket stimulus 260 miliar untuk membantu perekonomian mengatasi badai.

Periode ini sangat penting, karena merupakan ujian lakmus tentang apakah pelajaran dan budaya yang terbentuk selama tatanan kontrol gerakan telah menjadi kebiasaan yang diamati oleh semua anggota masyarakat," kata peneliti ISIS Zarina Zainuddin, Ariane Yasmin dan Muhammad Sinatra dalam sebuah melaporkan.

Sharifa Ezat Wan Puteh, seorang profesor ekonomi kesehatan masyarakat di Universitas Nasional Malaysia, mengatakan terlepas dari konsekuensi ekonominya, jika penguncian tidak diambil untuk mengurangi penyebaran Covid-19, maka penyakit ini akan memakan korban lebih banyak lagi.

"Jika kita menggunakan pendekatan modal manusia, biaya manajemen penyakit dan kematian akan jauh lebih besar daripada biaya ekonomi," katanya.

Ia juga menyarankan agar disiapkan infrastruktur dan perawatan yang lebih baik lagi untuk ibu tunggal, komunitas penyandang cacat, dan warga ekonomi lemah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA