Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Diancam, Menghilang, Lalu Tewas, Wartawan Pakistan Diduga Dibunuh Intelijen

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 02 Mei 2020, 07:41 WIB
Diancam, Menghilang, Lalu Tewas, Wartawan Pakistan Diduga Dibunuh Intelijen
Ilustrasi/Net
rmol news logo Wartawan Pakistan yang dinyatakan menghilang sejak Maret lalu ditemukan tewas di sungai Fyris. Polisi mengatakan aparat menemukannya pada 23  April lalu, seperti dikutip dari AFP, Jumat (1/5).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

"Tubuhnya ditemukan pada 23 April di sungai Fyris di luar Uppsala," kata juru bicara kepolisian Jonas Eronen.

Sajid Hussain, editor situs web etnis Baloch, melarikan diri dari Pakistan pada 2012 setelah mendapat ancaman pembunuhan dan diberi suaka politik di Swedia.

Sebuah badan amal kebebasan pers menduga intelijen Pakistan berada di balik hilangnya Hussain pada awal Maret.

Ketika ditemukan, juru bicara kepolisian Swedia mengatakan pada penyelidikan awal mereka tidak menunjukkan adanya tanda-tanda mencurigakan dalam kematian itu.

Hussain, yang berusia 39 tahun, terakhir terlihat naik kereta di Stockholm dalam perjalanan ke kota Uppsala pada 2 Maret, menurut badan amal kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF). Badan amal itu mengatakan ada kemungkinan dia diculik atas perintah agen intelijen Pakistan.

Di Pakistan, Hussain telah menulis tentang penghilangan paksa dan kejahatan terorganisir di provinsi Balochistan di negara itu, yang telah menyaksikan pemberontakan nasionalis yang telah berlangsung lama.

Istri Hussain, Shehnaz mengatakan kepada surat kabar Pakistan Dawn bahwa sebelum melarikan diri ke Swedia, suaminya terus diikuti. Selain menulis tentang orang hilang , dia juga membongkar gembong narkoba di Pakistan.

"Lalu beberapa orang masuk ke rumahnya di Quetta ketika dia sedang menyelidiki sebuah cerita," katanya. "Mereka juga mengambil laptop dan kertas-kertas lainnya. Setelah itu dia meninggalkan Pakistan pada September 2012 dan tidak pernah kembali.”

Surat kabar online Balochistan Times, yang Hussain menjabat sebagai pemimpin redaksi, melaporkan kepergiannya ke polisi Swedia pada 3 Maret.

Kerabat mengatakan kepada Dawn bahwa mereka telah menunggu dua minggu sebelum mengungkapkan ketakutan mereka, kalau-kalau dia pergi ke isolasi karena wabah virus corona.

Pakistan menempati peringkat 142 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers RSF 2019 dan dianggap sebagai negara berbahaya bagi wartawan.

Balochistan, di barat Pakistan, telah menjadi tempat pemberontakan nasionalis yang telah berlangsung lama. Militer Pakistan dituduh menyiksa dan menghilangkan para pembangkang. Kelompok pemberontak juga telah membunuh anggota kelompok etnis non-Baloch. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA