Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pasukan Sayap Kiri Gagalkan Serangan Bawah Laut Yang Berencana Gulingkan Maduro

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 04 Mei 2020, 06:21 WIB
Pasukan Sayap Kiri Gagalkan Serangan Bawah Laut Yang Berencana Gulingkan Maduro
Anggota unit pasukan khusus menonton kapal kosong di pantai, setelah pemerintah Venezuela mengumumkan serangan "tentara bayaran" yang gagal/Net
rmol news logo Pemerintah Venezuela mengumumkan mereka telah menggagalkan serangan dari laut yang bertujuan menggulingkan Presiden Nicolas Maduro. Dalam serangan itu sebanyak delapan anggota kelompok tentara bayaran yang bersandar pada ‘aksi teroris’, tewas.

Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol mengatakan kelompok itu, yang katanya berasal dari Kolombia, berusaha mendarat dengan kapal cepat sebelum fajar di negara pantai utara La Guaira. Unit militer dan polisi khusus berhasil mencegat mereka.

"Berkat tindakan tepat dan efektif dari Angkatan Bersenjata Bolivarian kami dan pasukan aksi polisi khusus dari Polisi Bolivarian Nasional, beberapa ditembak jatuh dan beberapa ditahan," katanya dalam sebuah pernyataan di televisi pemerintah, seperti dikutip dari SCMP, Senin (4/5).

Kelompok itu menggunakan speedboat dalam upaya untuk mendarat di pantai di Macuto, sekitar satu jam di utara ibukota Caracas. Saat ini, pencarian besar-besaran di udara, laut, dan darat sedang dilakukan untuk mencari sisa-sisa penyerang.

Diosdado Cabello, wakil pemimpin Partai Sosialis yang berkuasa, menginformaskan, dalam penyerangan ini selain delapan orang tewas ada dua anggota yang ditahan.

Cabello mengatakan operasi itu "diatur" oleh Amerika Serikat dan Badan Penegakan Narkoba (DEA).

Salah satu dari mereka yang terbunuh adalah Roberto Colina, seorang mantan perwira militer Venezuela yang memiliki hubungan dengan pensiunan jenderal Cliver Alcala.

Alcala, seorang kritikus Maduro, menjadi berita utama pada bulan Maret ketika ia menyerah kepada agen-agen DEA di Kolombia dan diterbangkan ke New York setelah ia didakwa bersama dengan selusin lainnya, termasuk presiden, atas tuduhan perdagangan narkoba.

Sementara salah satu dari dua orang yang ditahan adalah agen DEA.

"Kami akan menghadapi ini dengan semua instrumen yang dijamin oleh Konstitusi kami ... dengan penggunaan kekuatan jika diperlukan untuk menjaga ketertiban internal," kata Cabello, yang juga pembicara dari Majelis Konstituante yang sangat kuat di negara itu.

Speedboat yang digunakan dalam serangan itu, serta 10 senapan dan dua senapan mesin, adalah hasil curian dari sebuah depot tentara Venezuela pada April tahun lalu.

Venezuela sering menuduh Kolombia membuat plot untuk menggulingkan pemerintah Maduro, dan mengizinkan "tentara bayaran" untuk berlatih di wilayahnya.

Pemerintah Kolombia Presiden Ivan Duque mengecam Maduro sebagai "diktator." Keduanya memutuskan hubungan diplomatik antara negara-negara mereka tahun lalu.

Di bawah Maduro, negara Amerika Selatan yang dulu kaya minyak itu telah berubah setelah krisis ekonomi paling dahsyat menghantam negara itu, disusul dengan datangnya pandemi virus corona.

Namun sejauh ini, Maduro telah menghadapi tantangan terhadap pemerintahannya, terutama dari pemimpin oposisi Juan Guaido, yang menyatakan dirinya sebagai presiden pada Januari 2019 dengan dukungan Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara lainnya.

Reverol mengklaim kelompok itu berencana untuk melakukan serangan teroris, termasuk pembunuhan para pemimpin rezim.

"Rencana itu bertujuan untuk meningkatkan spiral kekerasan, menghasilkan kekacauan dan kebingungan... dan dengan itu mengarah pada upaya baru, kudeta," ujar Reverol. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA