Dalam surat kabar
Sunday Times pada Minggu (3/5), Wakil Menteri Keuangan David Masondo mendesak bank sentral Afrika Selatan untuk sementara memproduksi atau mencetak uang guna mendanai tanggapan pemerintah terkait krisis.
Masondo kemudian meminta pemerintah untuk mencegah krisis ekonomi pada 1930-an atau yang dikenal dengan Great Depression. Ia kemudian meminta bank sentral untuk membeli obligasi pemerintah secara langsung guna mendanai defisit negara selama krisis Covid-19.
"Obligasi tersebut harus merupakan obligasi khusus sekali pakai dengan hasil yang diperoleh, dan harus diperlakukan sebagai tindakan sementara dengan rencana keluar yang jelas," ujar Masondo seperti dikutip dari
CGTN.
"Uang seperti itu dari SARB (South African Reserve Bank) harus digunakan untuk intervensi terkait kesehatan Covid-19 dan langkah-langkah pemulihan ekonomi," tambahnya.
Pihak bank sentral belum menanggapi desakan tersebut.
Pada bulan lalu, Presiden Cyril Ramaphosa sudah mengumumkan paket stimulus ekonomi sebesar 500 miliar rand atau setara dengan 26,3 miliar dolar AS yang setara dengan 10 persen dari PDB Afrika Selatan.
Stimulus tersebut bertujuan untuk meredam pukulan ekonomi dari pandemik Covid-19. Namun, sejak stimulus itu dikeluarkan, terjadi perdebatan mengenai pendanaannya.
Ramaphosa sendiri sudah melakukan pendekatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk mengatasi persoalan tersebut.
Masondo adalah mantan pemimpin pemuda Partai Komunis Afrika Selatan. Sejak Ramaphosa menunjuknya setahun yang lalu, dia telah menjadi pendukung kuat reformasi ekonomi yang keras, termasuk menekan pengeluaran pemerintah yang berlebihan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: