Jurubicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Joanne Ou mengungkapkan, pihaknya belum menerima undangan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO0 dan masih menunggu keputusan untuk bisa hadir di WHA sebagai pengamat agar bisa berbagi pengalaman memerangi wabah.
"Meskipun situasi yang kita hadapi saat ini masih sangat sulit, pemerintah tidak akan pernah menyerah," ujar Ou seperti dimuat
Reuters, Senin (4/5).
"(Kami) akan bergabung dengan sekutu dan negara-negara dengan cita-cita serupa untuk terus berjuang sampai saat akhir," tambahnya.
Sementara itu, pihak WHO masih belum menanggapi persoalan tersebut.
Kendati begitu, sumber-sumber diplomatik mengatakan, peluang Taiwan untuk ambil bagian dalam WHA akan sangat tipis jika melihat posisi China.
Pekan lalu, menteri kesehatan Taiwan dan Amerika Serikat sudah membahas tawaran untuk bergabung di WHA, yang membuat China geram.
China mengatakan, Taiwan hanya bisa mengambil bagian dalam WHA jika kebijakan "Satu China" diterima oleh pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen.
Dalam sebuah pernyataanya pada Sabtu (2/5), misi China di kantor WHO, Jenewa, menyatakan tentangannya dengan keras atas proposal Taiwan dan AS untuk memasukan Taiwan ke WHA.
“Wilayah Taiwan adalah bagian dari China. Partisipasi wilayah Taiwan dalam badan-badan internasional, termasuk kegiatan WHO, harus ditangani sesuai dengan prinsip 'Satu China'," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Beijing sendiri telah berulang kali mengutuk Washington karena berusaha mempolitisasi partisipasi Taiwan di WHO. Beijing mengatakan, pihaknya selalu memberikan bantuan dan informasi yang dibutuhkan selama pandemik kepada Taiwan.
Pada 2009 hingga 2016, ketika hubungan dengan China menghangat, Taiwan ikut berpartisipasi sebagai pengamat di WHA. Namun ketika Tsai memenangkan pemilihan, status tersebut dicabut.
Pada pekan lalu, WHO mengatakan, WHA akan berlangsung pada 18 Mei.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: