Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Suhu Di Asia Naik Tiga Derajat, 2020 Menjadi Tahun Terpanas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 04 Mei 2020, 16:08 WIB
Suhu Di Asia Naik Tiga Derajat, 2020 Menjadi Tahun Terpanas
Ilustrasi/Net
rmol news logo Tahun 2020 diperkirakan menjadi tahun terpanas menurut analisa Lembaga ilmiah Amerika Serikat, atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dengan prosentase mencapai 75 persen.

NOAA juga memprediksi wilayah Eropa Timur dan di Asia akan mengalami kenaikan suhu hingga tiga derajat Celcius dan menjad wilayah terpanas.

Temuan NOAA ini mengejutkan para ilmuwan, karena tahun ini bukan tahun El Nino, sebuah fenomena yang biasanya membawa temperatur lebih tinggi.
Namun, data NOAA mengungkapkan kemungkinan 99,9 persen tahun ini menjadi yang teratas untuk suhu yang pernah direkam.

“Tren ini mengikuti dengan cermat rekor terbaru 2016, ketika suhu global jauh lebih tinggi dari biasanya karena El Nino yang intens,” bunyi pernyataan NOAA, seperti dikutip dari laman Green Queen.

Empat tahun lalu, yaitu 2016, dunia mencatat suhu tertinggi. Tetapi tahun ini suhu tersebut akan lebih tinggi lagi.

Sama halnya dengan NOAA, Institut Goddard NASA untuk Studi Luar Angkasa di New York mengatakan, 2020 menjadi tahun dengan suhu tertinggi.

Selain Eropa Timur dan Asia, banyak wilayah dan kota yang terdampak, seperti di lingkaran Arktik yang tanpa salju pada bulan Februari lalu.

Bahkan, suhu di Amerika Serikat dan Australia Barat juga telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir, dengan pusat kota Los Angeles mencatat ketinggian 34 derajat Celcius di bulan April.
Ilmuwan iklim dari Oxford of University Karsten Haustein mengatakan, lockdown dan larangan bepergian di tengah pandemik akan mengurangi gas rumah kaca. Namun, menurutnya, sisa penumpukan emisi di atmosfer masih akan mendorong krisis iklim dengan konsekuensi bencana.

“Krisis iklim terus berlanjut. Emisi akan turun tahun ini, tetapi konsentrasinya terus meningkat,” katanya, seperti dikutip dari The Guardian.

Pemanasan global juga akan meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan bencana iklim, seperti kebakaran hutan Australia yang dialami tahun lalu.

Pada Februari lalu, lebih dari 200 ilmuwan di seluruh dunia di 52 negara juga memperingatkan pemerintah dan pebisnis bahwa ada kemungkinan besar berbagai bencana iklim akan terjadi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA