Di halaman Facebooknya pada Kamis (7/5), Lofven mengaku khawatir dengan adanya isu baru yang dimunculkan oleh pandemik, di antaranya rasisme dan anti semitisme.
“Pandemik corona juga membawa 'infodemik', rentetan informasi yang salah dan benar, kadang-kadang dirancang untuk melukai dan memecah-belah orang dan kelompok," tulis Lofven seperti dikutip
Sputnik.
"Kami melihat contoh teori konspirasi, rasisme, dan anti semitisme di mana berbagai individu dan kelompok dituduh menyebarkan virus secara sengaja," lanjutnya.
Lebih lanjut, Lofven mengatakan, pandemik Covid-19 telah memunculkan sisi terbaik dan terburuk kemanusiaan. Ia juga mengatakan, itu adalah krisis terbesar yang pernah dialami Swedia di zaman modern.
"Setelah pandemik, kita melihat contoh demi contoh sisi terbaik kemanusiaan, dengan solidaritas, kepedulian dan kerja sama. Tetapi juga terlalu banyak contoh sisi terburuk," paparnya.
Lofven juga memperingatkan, krisis masih jauh dari usai, masih banyak pengorbanan yang dibutuhkan dari umat manusia.
Selain Lofven, pada awal pekan ini, utusan khusus pemerintah Amerika Serikat untuk memerangi anti semitisme, Elan Carr mengungkapkan, dunia menyaksikan "tsunami" anti semitisme terkait dengan penyebaran virus corona baru.
Carr bahkan membandingkan situasi tersebut sebagai "daur ulang abad pertengahan", ketika orang Yahudi disalahkan karena menyebarkan Black Death.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: