Pertemuan tersebut, dikatakan oleh seorang sumber merupakan respons pemerintah yang marah karena CEO Sanofi, Paul Hudson sebelumnya mengatakan, Amerika Serikat akan mendapatkan akses priotitas untuk vaksin Covid-19.
Sebelumnya, Sanofi memprovokasi kegemparan di mana Hudson mengumumkan bahwa Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) telah memberikan ulasan prioritas untuk produk sutimlimab Sanofi, yang menangani hemolisis pada orang dewasa yang menderita penyakit aglutinin dingin.
Dalam sebuah wawancara dengan
Bloomberg News, Hudson mengatakan bahwa pemerintah AS memiliki hak untuk pemesanan di muka terbesar karena berinvestasi dalam mengambil risiko.
Mengklarifikasi hal tersebut, Hudson mengatakan dalam sebuah wawancara dengan
Financial Times pada Kamis (14/5) bahwa akses vaksin harus mencapai semua bagian dunia.
"Itu tidak pernah menjadi pilihan antara AS dan Eropa. Saya telah berkampanye untuk kesiapan Eropa untuk mengalahkan virus selama berbulan-bulan dan kita perlu mendapatkan vaksin untuk semua orang di seluruh dunia," ujar Hudson.
"Jika vaksin Covid-19 berhasil, Sanofi akan memanfaatkan kapasitas produksi globalnya sebagai pembuat vaksin terbesar ketiga di dunia," lanjutnya seperti dimuat
CGTN.
Kendati begitu, pemerintah Prancis sudah telanjur geram. Perdana Menteri Edouard Philippe bahkan mengatakan, akses vaksin untuk semua adalah hal yang tidak dapat dinegosiasikan.
Uni Eropa juga menegaskan bahwa setiap orang harus mendapatkan akses yang sama ke vaksin.
"Vaksin terhadap Covid-19 harus menjadi barang publik global dan aksesnya harus merata dan universal," kata juru bicara Komisi Eropa, Stefan de Keersmaecker.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: