Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari
Anadolu Agency, Sabtu (16/5), Raja Abdullah II mengatakan rencana Israel hanya akan menyebabkan konflik besar dnegan Yordania.
"Jika Israel benar-benar menganeksasi Tepi Barat pada Juli, itu akan menyebabkan konflik besar-besaran dengan Kerajaan Hashemite Yordania," tegas Raja Abdullah II.
"Para pemimpin yang mengadvokasi solusi satu negara tidak mengerti apa artinya itu," imbuhnya seraya menambahkan bahwa akan ada lebih banyak kekacauan dan ekstremisme di wilayah tersebut jika rencana tersebut direalisasikan.
Israel, di bawah pemerintahan persatuan yang baru dibentuk oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz berencana untuk melakukan aneksasi pada 1 Juli.
Rencana tersebut muncul sebagai bagian dari Rencana Perdamaian Abad Ini yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Rencana yang diumumkan pada 28 Januari tersebut dikatakan Trump sebagai solusi perdamaian Israel dan Palestina.
Dalam rencana tersebut, AS akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel yang tidak terbagi dan mengakui kedaulatan Israel atas sebagian besar wilayah Tepi Barat.
Rencana tersebut juga menyatakan pembentukan negara Palestina dalam bentuk kepulauan yang dihubungkan oleh jembatan dan terowongan. Para pejabat Palestina mengatakan bahwa di bawah rencana AS, Israel akan mencaplok 30 hingga 40 persen dari Tepi Barat, termasuk semua Yerusalem Timur.
Tak ayal, rencana tersebut telah menuai kecaman luas dari dunia Arab dan ditolak oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Selain itu, para pejabat Palestina telah mengancam untuk menghapuskan perjanjian bilateral dengan Israel jika mereka melanjutkan rencana aneksasi tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: