Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Miris, Tiga Oposisi Wanita Zimbabwe Diculik, Diserang Secara Seksual Dan Dipaksa Minum Air Seni

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 17 Mei 2020, 23:19 WIB
Miris, Tiga Oposisi Wanita Zimbabwe Diculik, Diserang Secara Seksual Dan Dipaksa Minum Air Seni
Salah seorang anggota oposisi wanita yang diculik, Cecilia Chimbiri terbaring di ranjang rumah sakit bersama pemimpin partai MDC, Nelson Chamisa/AFP
rmol news logo Dua orang akivis oposisi wanita dan seorang anggota parlemen Zimbabwe diculik dan diperlakukan secara tidak manusiawi oleh pelaku yang diduga merupakan bagian dari dinas keamanan negara.

Ketiga wanita tersebut merupakan pemimpin muda Gerakan untuk Perubahan Demokrasi (MDC), yakni partai oposisi terbesar di Zimbabwe.

Mereka dicegat di tengah jalan karena ada penghalang jalan yang dijaga oleh polisi dan tentara pada hari Rabu (13/5).

Penghalang jalan itu dibuat karena terjadi aksi unjuk rasa di Harere yang mengecam kegagalan negara dalam menyediakan kebutuhan bagi warga miskin selama masa lockdown atau penguncian nasional yang dilakukan negara tersebut untuk meredam penularan virus corona atau Covid-19.

Sejak saat itu ketiganya menghilang dan tidak dapat dihubungi hingga akhirnya ditemukan di pinggir jalan pada hari Jumat (15/5). Mereka ditemukan warga setempat dalan kondisi terluka parah dan mengalami trauma.

Menurut keterangan saksi mata, ketiga wanita itu diserang oleh sejumlah orang yang mengenakan topeng. Ketiga wanita itu kemudian diikat tangannya dan diboyong masuk ke sebuah minivan sebelum akhirnya pergi entah kemana.

Setelah ditemukan, ketiga wanita itu segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Salah seorang wanita, yakni Cecilia Chimbiri berusia 33 tahun, akhir pekan ini buka suara kepada The Guardian. Dia mengatakan bahwa dirinya dan dua rekan wanitanya dibawa ke daerah terpencil di mana mereka diperlakukan secara tidak manusiawi.

Dia mengaku dipukuli, ditelanjangi, dilecehkan secara seksual dengan senjata api, dan bahkan dipaksa untuk minum air seni satu sama lain.

"Mereka memukuli saya di punggung saya, di seluruh tubuh menggunakan tongkat. Mereka menggunakan senjata untuk memukuli kami, kemudian mencabuli saya, mengisap payudara saya sepanjang malam," kata Chimbiri.

"Mereka mendorong (kami) keluar dari truk ke jalan. Mereka meninggalkan kami di sana. Mereka berkata 'kami akan mengawasimu. Apa yang istimewa darimu sehingga kamu ingin berbalik melawan pemerintah?'," sambungnya, mengulangi perkataan sang penculik.

Ayah Chimbiri, Henry Chimbiri, mengatakan kepada wartawan bahwa "agen negara" bertanggung jawab atas penculikan putrinya.

"Mereka bukan manusia. Mereka adalah pembunuh. Gadis-gadis itu dalam kondisi yang buruk. Mereka kesakitan. Kita tidak bisa bicara. Dia hanya menangis. Polisi bukan lagi polisi kami," katanya.

Korban lainnya, yakni Joana Mamombe, yang merupakan salah satu anggota parlemen Zimbabwe termuda, menggambarkan bagaimana mereka dipaksa untuk berbaris dan menyanyikan lagu-lagu protes.

"Mereka menuangkan air ke kami. Mereka memukuli kami jika kami berhenti. Mereka membuat kami saling minum urin kami. Mereka membelai Cecilia," kata Mamombe yang berusia 36 tahun kepada wartawan di rumah sakit swasta Harare di mana dia menerima perawatan.

Sementara itu, polisi Zimbabwe mengatakan mereka sedang menyelidiki dugaan kasus penculikan dan penyiksaan tersebut. Namun di sisi lain, pihak kepolisian juga menuding soal kemungkinan adanya penipuan.

"Polisi prihatin dengan penyalahgunaan platform media sosial oleh beberapa anggota masyarakat. Beberapa bahkan menggunakan saluran telepon seluler yang terdaftar dengan nama fiktif untuk menyalahgunakan pejabat negara, di antara tindakan kriminal lainnya. Anggota masyarakat diperingatkan terhadap praktik ini dan pelanggar tentu akan dibawa ke tempat," kata juru bicara polisi.

Sedangkan sekretaris informasi pemerintah, Nick Mangwana, meminta ketiga wanita itu untuk bekerja dengan agen-agen penegak hukum untuk mengungkap kebenaran.

Namun di waktu yang bersamaan, Mangwana menekankan bahwa ketiga wanita tersebut melakukan demonstrasi ilegal.

"Ketiga wanita itu adalah bagian dari kelompok pemuda MDC yang menentang undang-undang kuncian di negara itu dan mengambil bagian dalam demonstrasi ilegal," kata Mangwana dalam sebuah pernyataan.

Menindaklanjuti kejadian tersebut, pemimpin MDC, Nelson Chamisa mendesak adanya intervensi internasional.

Diketahui bahwa Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa, yang mengambil alih kekuasaan di negara itu setelah jatuhnya Robert Mugabe pada tahun 2017 lalu, merupakan sosok yang tidak bersih dari tuduhan pelanggaran HAM.

Tahun lalu, dia dituduh oleh Amnesty International atas tindakan keras dan kejam serta sistematis terhadap hak asasi manusia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA