Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penyebaran Virus Corona Semakin Masif Di Amerika Latin, Pasar Tradisional Bisa Jadi Kuncinya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 18 Mei 2020, 00:39 WIB
Penyebaran Virus Corona Semakin Masif Di Amerika Latin, Pasar Tradisional Bisa Jadi Kuncinya
Seorang wanita membeli produk di pasar pusat Lima ketika pemerintah Peru memperpanjang penutupan secara nasional di tengah wabah penyakit virus corona pertengahan Mei ini/Reuters
rmol news logo Kawasan Amerika Latin saat ini tengah bergulat dengan lonjakan angka kematian akibat pandemi virus corona atau Covid-19.

Angka kematian akibat virus corona di sejumlah negara di kawasan tersebut tinggi, sebut saja Meksiko dan Brasil di mana para pemimpinnya tampak memandang sebelah mata efek dari pandemi ini.

Namun mirisnya, di negara yang pemimpinnya juga memandang serius pandemi virus corona, seperti Peru, angka kematian akibat virus corona juga tinggi.

Peru masih melaporkan angka kematian yang tinggi akibat virus corona meski sudah dua bulan menerapkan lockdown atau penguncian nasional yang ketat.

Di tengah situasi tersebut, otoritas setempat pun mengulik lebih dalam soal penyebab penyebaran yang masif dan angka kematian yang tinggi.

Salah satu hal yang disoroti terkait hal tersebut adalah pasar tradisional.

Fakta terbaru yang ditemukan cukup mencengangkan, sekitar 79 persen pedagang di sebuah pasar buah di ibukota Lima, dinyatakan terinveksi virus corona.

Sementara tes yang dilakukan di sejumlah pasar tradisional lainnya di Lima menemukan bahwa setidaknya setengah dari para pedagang positif terinveksi virus corona.
 
Temuan ini memicu kekhawatiran bahwa pusat perdagangan tradisional Amerika Latin tersebut mungkin memiliki peran besar dalam menyebarkan virus corona.

Menyadari situasi tersebut, Presiden Peru, Martin Vizcarra segera mengambil langkah dengan cara mengganti pedagang yang terinveksi dengan pedagang lainnya.

Namun dia menyingkirkan opsi penutupan sementara pasar. Pasalnya, hal itu dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kekurangan makanan.

Sebagai gantinya, tentara dan petugas polisi dikerahkan di pasar untuk mengukur suhu semua pedagang dan pembeli.

Padahal, menurut sejumlah pengamat, cara paling efektif adalah dengan melakukan penutupan pasar.

"Pasar mungkin merupakan vektor infeksi terbesar yang menyebabkan karantina Peru tidak berfungsi sebagaimana mestinya," kata peneliti utama untuk Grade, sebuah thinktank pengembangan di Lima, Eduardo Zegarra.

"Angka-angka ini adalah bom besar," sambungnya seraya menyerukan pemerintah untuk menutup pasar dan menyatakan darurat sanitasi.

Pemerintah Peru sendiri diketahui telah membiarkan sebagian besar pasar tradisional yang berjumlah lebih dari 1.200, untuk tetap dibuka.

Namun pemerintah juga melakukan tes on the spot dan mengirim pedagang yang terinfeksi, kebanyakan dari mereka tanpa gejala, untuk mengisolasi diri di rumah atau di fasilitas pemerintah.

Tapi Zegarra menilai hal tersebut belum cukup. Dia khawatir pasar grosir besar di Lima sudah menjadi pusat infeksi besar, terutama pasar Santa Anita, pasar tradisiona terbesar di Lima, di mana sekitar 30.000 pedagang, kuli dan pemasok mendistribusikan dan menjual sekitar 8.000 ton makanan per hari.

"Saya khawatir itu bisa memicu gelombang kedua pandemi," kata Zegarra, yang juga merupakan mantan wakil walikota Lima.

"Penularan di antara pedagang sangat tinggi dan kami tidak tahu berapa lama mereka memilikinya atau berapa banyak orang yang telah mereka berikan," tambahnya, seperti dimuat The Guardian.

Kasus inveksi virus corona di Peru sendiri meningkat menjadi lebih dari 88.000 pada hari Sabtu (16/5), dengan jumlah kematian 2.572, menurut angka resmi.

Angka infeksi dan kematian tertinggi di kawasan Amerika Latin sendiri masih dipegang oleh Brasil. Di negara ini, 233.511 kasus infeksi virus corona dikonfirmasi dengan 15.662 kematian per akhir pekan ini, menurut Johns Hopkins University.

Salah satu alasan mengapa penyebaran virus corona juga masif terjadi di negara ini adalah karena pasar tradisional masih beroperasi.

Sebagai contoh, pasar grosir CEAGESP Sao Paulo yang merupakan salah pasar grosir terbesar di kawasan tersebut. Diduga, banyak kasus infeksi virus corona yang menyebar di pasar ini yang bahkan tidak terhitung jumlahnya.

"Kami sangat sedih dengan kematian orang-orang ini - tetapi jika Anda mempertimbangkan 40.000 orang yang datang ke sini setiap hari, itu sangat rendah,” kata presiden serikat pemasok pasar Brasil, Claudio Furquim.

Lebih dari itu, banyak dari warga yang juga tidak mengikuti anjuran WHO untuk melakukan jarak sosial dan mengenakan masker di tempat umum.

Laporan media setempat sebelumnya menunjukkan kerumunan pembeli dan pekerja di pasar Brasil, kebanyakan dari mereka bahkan melakukan aktivitas tanpa mengenakan masker.

Pasar tradisional memang masih menempati tempat penting dalam budaya dan ekonomi di kawasan Amerika Latin, meski sudah ada raksasa ritel dan swalayan.

Di Kolombia, pasar grosir terbesar di negara itu yang terletak di ibukota Bogota, Corabastos, saat ini juga menjadi pusat penyebaran virus. Puluhan kasus infeksi telah terdeteksi berasal dari pasar itu.

Menindaklanjuti hal tersebut, walikota Bogota, Claudia Lopez, mengatakan bahwa pasar tersebut akan tetap beroperasi, tapi hanya dengan 35 persen kapasitas.

Meski begitu, Menteri Kesehatan Kota, Alejandro Gomez, mengakui bahwa kendati pemerintah daerah bisa melakukan upaya lebih baik dalam mengerem penularan virus corona, namun pasokan makanan juga merupakan hal penting yang tidak boleh terganggu.

"Kita tidak bisa membiarkan Corabastos menjadi risiko bagi kesehatan Bogota, tetapi kita juga tidak bisa membiarkan kekurangan makanan," jelasnya.

Namun, langkah pemerintah itu mendapat cibiran dari oposisi.

"Berkat kecerobohan Bogota, virus corona telah memukul pasokan makanan jutaan warga," tulis seorang anggota dewan kota oposisi, Jorge Colmenares, di akun Twitternya baru-baru ini.

Sementara itu di Mexico City, pasar tradisional juga memiliki peran penting dalam penyebaran virus corona.

Salah satu pasar terbesar, Central de Abasto, yang menerima barang dagangan dari seluruh negara dan pada gilirannya memasok pasar di seluruh ibu kota menjadi tempat di mana setidaknya 25 kasus virus corona ditemukan dan dua kematian akibat virus yang sama terjadi.

Meski demikian, media lokal mencurigai angka sebenarnya jauh lebih tinggi daripada itu.

Salah seorang pemiliki binatu di pasar Mercado Coyoacánp di Meksiko, Manuel Cornejo Carrillo mengakui bahwa 60 persem kios telah tutup dan penjualan turun 90 persen dalam bisnisnya.

Dia mengaku khawatir karena banyak pelanggan yang datang ke pasar tidak melakukan jarak sosial atau mengenakan masker.

"Secara ekonomi, saatnya untuk memulai kembali. Tetapi di sisi kesehatan, saya khawatir. Saya tidak berpikir kita telah mencapai titik terendah," ungkapnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA