Sekelompok pengunjuk rasa melemparkan batu sembari berteriak. Sementara yang lainnya membakar tumpukan kayu di sepanjang jalan. Insiden tersebut terjadi pada Senin (18/5) di lingkungan miskin di pinggiran selatan Santiago.
Dari foto-foto yang tersebar di media sosial dan televisi, polisi terlihat menyemprotkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa.
Dimuat
Reuters, unjuk rasa dipicu dengan kurangnya makanan saat
lockdown berlangsung sejak pertengahan April.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Kota Santiago mengungkapkan warga akan kelaparan di sektor-sektor termiskin seperti El Bosque. Di sana, mayoritas penduduk merupakan para pekerja informal.
"Minggu-minggu terakhir kami mendapat banyak permintaan dari tetangga untuk makanan," ujar Walikota El Bosque, Sadi Melo.
“Kami berada dalam situasi kelaparan yang sangat kompleks dan kurangnya pekerjaan," imbuhnya.
Menanggapi insiden tersebut, Presiden Sebastian Pinera dalam pidatonya mengatakan pihaknya akan mengirimkan 2,5 juta paket makanan dan perlengkapan kebersihan langsung ke rumah-rumah warga pada akhir pekan ini atau awal pekan depan.
"Kami akan memprioritaskan keluarga yang paling rentan," kata Pinera.
Santiago merupakan salah satu kota paling makmur di Amerika Latin. Namun kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin terus meningkat dan kerap memicu unjuk rasa.
Terkait dengan pandemik Covid-19, pemerintahan Pinera sudah mengumumkan paket stimulus senilai hampir 7 persen dari PDB. Namun kelompok oposisi berpendapat angka tersebut kurang untuk meringankan dampak Covid-19.
Langkah-langkah yang diusulkan pemerintah sendiri termasuk pemeriksaan pengangguran yang ditingkatkan, pembayaran pajak tangguhan, dan pemberian jalur kredit yang didukung pemerintah untuk bisnis kecil.
Hingga saat ini, Chili sudah melaporkan 46.059 kasus Covid-19 dengan 478 kematian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: