Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jurnal Singapura: Penanganan Covid-19 Bisa Jadi Batu Loncatan Anies Baswedan Untuk Pilpres 2024

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 19 Mei 2020, 17:37 WIB
Jurnal Singapura: Penanganan Covid-19 Bisa Jadi Batu Loncatan Anies Baswedan Untuk Pilpres 2024
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan/Net
rmol news logo Sebuah penelitian menunjukkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bisa mendapatkan peluang yang sangat besar dalam pemilihan presiden 2024 jika bisa menangani krisis Covid-19 dengan baik.

Begitu antara lain dituliskan peneliti Ahmad Najib Burhani dalam artikel bertajuk "Anies Baswedan: His Political Career, Covid-19, and the 2024 Presiential Election" yang diterbitkan jurnal ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura.

Dalam penelitian yang dirilis pada Selasa (19/5) tersebut, Ahmad mengungkapkan, popularitas Anies saat ini sudah membuat saingan politiknya ketar-ketir dengan pilpres 2024. Karena alasan itu lah, muncul usulan untuk kembali ke sistem pemilihan tidak langsung.

Anies yang lahir dari seorang pejuang nasional telah tumbuh menjadi seorang intelektual muslim yang progresif. Perjalanan politik Anies sendiri dimulai dengan rasa kepeduliannya terhadap pendidikan Indonesia.

Hingga pada 2014, dalam kemenangan periode pertamanya, Presiden memilih Anies sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Namun jauh sebelum itu, ia sudah dikenal sebagai seorang yang memiliki pendekatan rasional. Pidato-pidato yang disampaikannya penuh dengan data dan perspektif historis. Gaya bahasa Anies yang terkesan menumbuhkan optimisme membuatnya menjadi tokoh dambaan banyak kalangan.

Bahkan pada Maret 2011, seorang jurnalis Australia, Duncan Graham menyebut Anies sebagai tokoh yang tepat untuk memimpin Indonesia.

"Anies Baswedan telah mendapatkan 'hal yang benar' untuk menjadi presiden masa depan," ujar Graham.

Walau begitu, jalan Anies masih lah panjang dan penuh tantangan. Ia juga masih memiliki "PR" untuk memperbaiki citranya.

Mengapa? Berawal ketika Anies masuk dalam bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta 2017. Pada saat itu, Anies dianggap telah salah langkah untuk mendapatkan suara rakyat.

Pasalnya, demi memanfaatkan peluang, Anies mulai melakukan pendekatan dengan Rizieq Shihab, sang pendiri Front Pembela Islam (FPI).

Dengan adanya kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Anies dianggap telah "menunggangi" Aksi 212.

Bagaimana tidak, Aksi 212 yang bersejarah itu diklaim telah dihadiri oleh lebih dari 200.000 orang. Tujuan mereka satu, Monas, untuk menuntut peradilan pada Ahok.

Dengan citra penuh toleransi, cinta keberagaman, sosok Anies mulai dihantam. Itu juga diperparah dengan pernyataan Anies pada Oktober 2017, tidak lama setelah ia dilantik.

"Dulu, kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka. Kini saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri," bunyi pernyataan Anies pada saat itu yang seketika memicu kontroversi sana-sini.

Meski begitu, dengan kontroversi tersebut, popularitas Anies masih tetap tinggi, setidaknya lebih tinggi dari lawan-lawannya.

Sulit memang untuk menilai apakah Anies sosok Gabener (Gubernur Buruk) atau Goodbener (Gubernur Baik). Pandangan publik terhadap Anies cukup fluktuatif. Terkadang baik, beberapa kali buruk.

"Banyak orang juga yang meragukan kemampuannya sebagai pemimpin nasional," tambah Ahmad.

Ya. Setiap kesalahan yang dibuat Anies seakan ditunggu-tunggu bagi para kritikus untuk membuat puzzle "tidak mampu jadi presiden".

Dan saat ini, situasi krisis yang dialami akibat Covid-19 menjadi ujian terberat Anies, sekaligus peluang terbesarnya.

Anies sendiri diuntungkan karena telah bergerak cepat. Ia menjadi yang pertama menutup tempat-tempat rekreasi, mendesak warga Jakarta tetap di rumah, hingga pada akhirnya melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Seperti yang sudah diperkirakan, tidak ada yang pernah luput dari kritik. Kritik seakan sudah berbaur dengan oksigen yang dihirup Anies. Keputusan Anies dianggap telah memicu ketakutan dan kepanikan publik. Meski di sisi lain, keputusan tersebut justru dipuji.

Pandangan publik terhadap penanganan Covid-19 oleh Anies tampak seperti rollercoaster. Cepat naik, cepat turun.

Namun di atas itu semua, keputusan Anies terkait Covid-19 menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Bukan karena berpengaruh terhadap krisis, namun lebih jauh, itu bisa menjadi salah satu faktor kuat bagi Anies untuk 2024.

"Krisis ini memberinya kesempatan untuk memenangkan hati dan pikiran, dan menjadi batu loncatan untuk upayanya dalam pemilihan presiden 2024," ujar Ahmad. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA