Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hasil Studi Princeton, Musim Panas Tidak Terbukti Menekan Penyebaran Virus Corona

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 20 Mei 2020, 06:55 WIB
Hasil Studi Princeton, Musim Panas Tidak Terbukti Menekan Penyebaran Virus Corona
Universitas Princeton/Net
rmol news logo Korelasi antara iklim dan virus corona ternyata sangat sedikit sekali. Beberapa studi statistik yang dilakukan selama beberapa bulan terakhir menunjukkan kecil kemungkinan udara panas dan lembab dapat mengurangi penyebaran virus.

Universitas Princeton dalam studinya yang diterbitkan di jurnal Science pada Senin (18/5) lalu, mengungkapkan masih banyak yang tidak diketahui tentang hubungan yang tepat antara iklim dan Covid-19. Studi itu tidak mengesampingkan korelasi sepenuhnya, tetapi menyimpulkan bahwa dampak iklim pada penyebaran virus sangat kecil.

"Temuan kami menunjukkan, tanpa langkah-langkah pengendalian yang efektif, wabah virus corona akan semakin meluas walau pada udara yang panas. Betul, cuaca musim panas tidak akan secara substansial membatasi pertumbuhan virus,” kata Rachel Baker, rekan penelitian pascadoktoral di Princeton Environmental Institute (PEI), seperti dikutip dari AFP.

Iklim, khususnya kelembaban, berperan dalam penyebaran virus lain seperti flu.

"Kami memang melihat beberapa pengaruh iklim pada ukuran dan waktu pandemik, tetapi, secara umum, karena ada begitu banyak kerentanan dalam populasi. Virus akan menyebar dengan cepat tidak peduli kondisi iklim," kata Baker.

Ia mencontohkan negara-negara seperti Brasil dan Ekuador yang memiliki musim panas menunjukkan bahwa kondisi yang lebih hangat tidak banyak menghentikan pandemik.

Tanpa langkah-langkah penahanan yang kuat atau vaksin, virus corona dapat terus menginfeksi sebagian besar populasi dunia.

Untuk penelitian ini, para peneliti melakukan simulasi tentang bagaimana pandemik akan merespon berbagai iklim. Mereka menjalankan skenario berdasarkan apa yang diketahui tentang efek variasi musiman terhadap virus serupa.

Dalam ketiga skenario, iklim hanya menjadi faktor yang meringankan ketika sebagian besar populasi manusia kebal terhadap virus.

"Semakin banyak kekebalan membangun dalam populasi, semakin kita berharap sensitivitas terhadap iklim meningkat," kata Baker.

"Jika Anda menjalankan modelnya cukup lama, Anda memiliki pandemik besar dan wabah tersebut menjadi infeksi musiman." rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA