Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jutaan Anak Di Seluruh Dunia Menyesuaikan Diri Dengan Sekolah Di Tengah Pandemik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 22 Mei 2020, 07:00 WIB
Jutaan Anak Di Seluruh Dunia Menyesuaikan Diri Dengan Sekolah Di Tengah Pandemik
Siswa menggunakan masker di kelas di Sekolah Dasar Dajia Taiwan/Net
rmol news logo Pandemik telah mengubah kehidupan manusia dalam semua hal, termasuk juga kehidupan anak-anak sekolah. Pandemik telah mengubah kebiasaan mereka, cara belajar, cara bersosialisasi dengan teman, dan sampai cara mereka duduk di dalam ruangan.

Anak-anak sekolah menemukan aturan-aturan baru. Ruang kelas yang selalu didisinfeksi, tidak boleh berdekatan dengan teman alias menjaga jarak, selalu mencuci tangan dan memeriksa suhu tiap akan masuk kelas, dan banyak lagi. Waktu belajar hanya tersisa sedikit karena harus melewati beberapa tahapan sebelum kelas dimulai.

Belum lagi pola belajar jarak jauh yang diberlakukan di hampir setiap sekolah, yang tentunya memerlukan waktu untuk beradaptasi.

Beberapa sekolah di Eropa mulai membuka kembali sekolah-sekolah dengan tetap mengikuti aturan menjaga jarak. Para orangtua murid sebenarnya belum terlalu yakin bisa melepaskan anak-anaknya ke sekolah di saat pandemik belum reda.

Beberapa terbukti, sekolah yang sempat dibuka selama seminggu harus ditutup kembali.

Belgia mengganti bel sekolah dengan lagu tema dari ‘Star Wars’ agar suasana lebih semangat, mengusir tekanan pada siswa dan guru-guru.

Sekolah dasar di Denmark adalah yang pertama dibuka kembali di Eropa, bulan lalu. Beberapa orangtua sangat khawatir  anak-anak mereka digunakan sebagai kelinci percobaan, dan berpendapat bahwa sebaikya siswa yang lebih tua yang seharusnya masuk sekolah lebih dulu.

Menteri Pendidikan negara itu mengatakan kepada CBS News bahwa itu adalah keputusan yang sulit.

"Anak-anak kecil memiliki lebih banyak kesulitan dengan pembelajaran jarak jauh daripada anak-anak yang lebih tua, dan karena itu kami mulai dengan anak-anak kecil," kata Menteri Pernille Rosenkrantz-Theil.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mencatat, lebih dari 1,5 miliar siswa yang sekolahnya terganggu oleh krisis Covid-19.  Beberapa memiliki sumber daya untuk melakukan belajar di rumah, tetapi banyak juga yang tidak memiliki sarana untuk belajar jarak jauh, seperti dikutip dari CBS News, Kamis (21/5)

Taiwan sendiri telah menggunakan program New Normal, dan hanya menutup sekolahnya selama dua minggu di bulan Februari.

Di Sekolah Dasar Dajia Taiwan, anak-anak harus mendisinfeksi tangan dan sepatu mereka sebelum berjalan ke gedung dan kelas mereka. Siswa juga diwajibkan menggunakan masker dan menikmati bekal makan siang mereka di meja masing-masing dengan menjaga jarak. Mereka bahkan belajar bagaimana mengukur dengan benar satu meter ‘jarak sosial’ itu.

Semuanya agak merepotkan, satu kelompok yang berusia 12 tahun memberi tahu Williams. Mereka ingin semuanya kembali seperti semula.

Beberapa orangtua di media sosial mengeluh bahwa semua itu cukup membuat anak-anak stress. Mereka sudah stress menghadapi pelajaran, saat ini harus ditambah dengan kebiasaan baru yang cukup rumit bagi mereka.

Sekolah mungkin tidak akan pernah seperti dulu lagi. Pandemik telah membuat perbedaan. Tetapi bagi jutaan anak di seluruh dunia, langkah pertama untuk kembali ke keadaan normal adalah kembali ke ruang kelas, menikmati peran mereka sebagai siswa yang riang belajar bersama teman-teman tanpa ada jarak. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA