Kantor Urusan Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang merupakan bagian dari PBB mengatakan pada Jumat (22/5), Yaman memerlukan bantuan mendesak.
"Badan-badan bantuan di Yaman beroperasi atas dasar bahwa transmisi masyarakat terjadi di seluruh negeri," ujar jurubicara OCHA, Jens Laerke seperti dilansir
Reuters.
“Kami mendengar dari banyak orang bahwa Yaman benar-benar berada di tepi jurang saat ini. Situasinya sangat memprihatinkan, mereka berbicara tentang sistem kesehatan yang pada dasarnya runtuh," tambahnya.
Laerke menjelaskan, para petugas medis atau sukarelawan terpaksa "memalingkan wajah" karena mereka tidak memiliki ventilator yang cukup atau bahkan pasokan peralatan pelindung diri (APD) yang memadai.
Pada Kamis (21/5), badan amal medis, Medecins Sans Frontieres (Dokter Tanpa Batas) mengungkapkan, pusat perawatan virus corona di Yaman selatan mencatat setidaknya ada 68 kematian hanya dalam kurun waktu dua pekan.
Angka tersebut lebih banyak dua kali lipat dari yang diumumkan oleh otoritas Yaman sejauh ini dan menunjukkan telah terjadi bencana yang lebih luas di sana.
Sejak dilanda perang, warga Yaman sangat rentan, kekurangan gizi, hingga kelaparan. Konflik Yaman sendiri terjadi antara pemerintah yang didukung oleh koalisi Saudi yang berbasis di Aden dengan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: