Ia terbiasa berada jauh dari keluarganya pada Idul Fitri. Namun, tahun ini Idul Fitri terasa menyedihkan.
"Ini menyedihkan karena beberapa teman saya, staf perawat, beberapa dokter senior, mereka tidak berasal dari KL (Kuala Lumpur)," katanya.
“Biasanya, mereka akan kembali (ke kota asalnya) untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka, dan mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan itu. Jadi ya, itu membawa suasana hati yang sedih ke area kerja," katanya seeperti dikutip dari
Reuters, Minggu (24/5)
Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim ini telah memberlakukan pembatasan sejak pertengahan Maret dalam upaya untuk membendung wabah virus.
Meskipun beberapa pembatasan telah dilonggarkan, perjalanan antar negara untuk alasan yang tidak penting masih dilarang, sehingga banyak orang yang tidak dapat kembali ke kampung halaman selama musim liburan.
Muhammad Syahidd bekerja di ruang gawat darurat pada hari pertama Idul Fitri, di tengah kekhawatiran bahwa liburan akan menyebabkan lonjakan infeksi virus corona karena lebih banyak orang berisiko melanggar langkah-langkah penguncian untuk mengunjungi kerabat.
Namun ia tidak menyesali harus bertugas saat ini sebab jika ia pulang ke rumah maka ia akan menjadi pembawa virus bagi keluarganya.
"Saya merawat pasien di sini," katanya. "Lalu aku membawa kembali penyakit kepada orang tuaku, itulah satu-satunya hal yang aku takuti," katanya.
Pandemik telah mendekatkan satu sama lain di lingkungan staf rumah sakit. Mereka yang non Muslim berbagi tugas menggantikan pekerja non-Muslim saat mereka sedang berbuka puasa atau melakukan shalat.
"Kami saling menjaga satu sama lain," kata Muhammad Syahidd.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: