Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan melakukan aksi protes atas kebijakan TRA yang memblokir akses ke aula stasiun dan melarang orang-orang duduk di sana.
Aula utama Stasiun Kereta Api Taipei adalah tempat berkumpul yang populer bagi para pekerja migran di kota itu. Apalagi saat menutupan akhir Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, banyak orang-orang yang menggunakan aula tersebut untuk berkumpul.
Namun, sejak adanya wabah Covid-19, TRA telah mengeluarkan larangan orang duduk dan berkumpul di sana. Hal itu juga sesuai dengan langkah-langkah pencegahan penyakit dari Pusat Komando Epidemi. Sehingga pertemuan besar telah dilarang di aula sejak akhir Februari.
TRA sendiri telah mengingatkan bahwa sebenarnya aula di Stasiun Kereta Api Taipei tidak pernah dirancang untuk orang duduk. Sayangnya, pada kenyataannya orang lebih sennag duduk-duduk dan berkumpul di sana.
Para pengunjuk rasa menyampaikan keluhan mereka di pintu masuk stasiun. Mereka berbaris menuju pusat aula utama dan sengaja duduk di sana.
Bahkan jika sampai polisi menyeret mereka pergi, mereka akan tetap di sana. Mereka menilai stasiun hanya menggunakan alasan pencegahan penyakit sebagai pelarangan.
Kepala Stasiun Huang mengatakan bahwa para demonstran tidak akan didenda karena mereka hanya mengekspresikan pendapat mereka.
"Kami akan berdiskusi dan membahas bagaimana ruang publik harus digunakan," kata Huang, seperi dikutip dari
Taiwan Times, Senin (25/5).
Kementerian Transportasi dan Komunikasi dan TRA pekan lalu mengatakan bahwa aula utama akan dibuka untuk umum setelah wabah Covid-19, tetapi mereka akan menetapkan aturan tentang bagaimana aula utama harus digunakan dengan benar.
Sampai saat itu, aula akan tetap tertutup untuk acara-acara publik, termasuk pada perayaan Idul Fitri kemarin.
Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan menyayangkan, tidak banyak tempat di Taiwan bagi pekerja migran untuk menghabiskan liburan mereka, dan aula utama di Stasiun Kereta Api Taipei adalah salah satu dari sedikit tempat yang tersedia untuk mereka.
Yang You-ren, seorang profesor sosiologi di Universitas Tunghai, mengatakan bahwa aula utama adalah salah satu tempat langka di negara ini di mana orang dapat dengan bebas bertukar ide dan pengamatan mereka.
Menerapkan larangan duduk akan seperti mengembalikan hukum darurat perang. Yang mengatakan, pemerintah harus menjaga keragaman sosial dengan mendorong orang untuk berkomunikasi di ruang publik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: