Wabah virus corona yang melanda Wuhan pertama kali, semakin memperuncing pertikaian antara China dan Taiwan, dan secara tak terduga menyeret Brasil. Gelombang 'Badai China' pun dimobilisasi secara spontan. Brasil meluncurkan aksi populer global dengan tagline 'Salut untuk Demokrasi Taiwan' dan 'Selamat atas Pelantikan Presiden Tsai Ing-wen'.
Dokumen itu kemudian diunggah oleh politikus dari partai sosial Brasil, Paulo Eduardo Martins. Martins mentweet bahwa pihaknya menerima surat dari kedutaan besar Tiongkok sebelum Presiden Tsai Ing-wen dilantik menjadi Presiden Taiwan pada Rabu (20/5) lalu.
Dalam surat tersebut pihaknya diminta untuk tetap diam tentang pelantikan Presiden Tsai.
Martins menyebut kedutaan China begitu 'otoriter'. Namun, ia tetap menyampaikan ucapan selamat walau terlambat kepada Presiden Tsai.
“Dalam sebuah surat, kedutaan besar China yang otoriter menasehati anggota parlemen Brasil untuk tidak berbicara tentang pelantikan presiden Taiwan. Ini adalah pelanggaran. (Ada orang) mengatakan bahwa kita seharusnya tidak memberi selamat kepada presiden. Meskipun terlambat Saya ingin mengucapkan selamat kepada Presiden Tsai Ing-wen pada pelantikannya,†kata Martins dalam cuitannya.
Kementerian Luar Negeri Taiwan juga meneruskan tweet tersebut.
Isi dari dokumen itu antara lain, menyinggung soal prinsip 'One China' sebagai dasar pemerintahan dalam hubungan internasional, konsensus yang diakui secara universal oleh komunitas internasional, dan dasar politik untuk pembentukan hubungan antara China dan negara-negara lain di dunia.
Disebutkan dalam dokumen itu bahwa China sangat berterima kasih kepada Kongres Brasil untuk penghormatannya terhadap prinsip satu-China. Namun, dalam menanggapi upacara pelantikan pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen, pada 20 Mei lalu, China mengharapkan Kongres Brasil untuk mengambil tindakan yang perlu dan preventif terhadap semua anggota Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan prinsip satu China.
Dokumen itu dengan tegas menyampaikan agar menghindari hal-hal sensitif tentang Taiwan, seperti membuat pernyataan atau pernyataan yang melemahkan prinsip satu-China, seperti merujuk pada pemilihan ulang, atau memberikan ucapan selamat kepada otoritas Taiwan, atau berinteraksi dengan salah satu unit di atas.
Terlihat dalam unggahan, dalam dokumen itu tidak ada tanda tangan Duta Besar Tiongkok Yang Wanming, namun menggunakan kop surat resmi kedutaan Tiongkok.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: